Sabtu, 01 April 2023

Bubar Part 1

Semilir angin laut membuat mata menjadi redup dan mulai mengantuk. Angin laut yang setia menemani di ruangan ini, tempat mencari sesuap nasi dengan halal. Angin laut dan deburan ombak di laut yang kadang memperdengarkan suara yang indah seperti alunan musik yang alami. 


Ahamdulillah masih diberi pekerjaan yang mudah dibandingkan para petani yang kepanasan di ladang, para tukang bangunan yang luar biasa pekerjaannya, dan pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukan energi ekstra untuk menyelesaikan pekerjaannya.  Semua ini wajib disyukuri dengan berusaha mengerjakan tugas dan tanggung jawab dengan baik, karena semua yang diperbuat di dunia kelak akan dipertanggungjawabkan di akhirat. 

Tidak dipungkiri, sebagai manusia biasa terkadang ada rasa bosan, namun rasa ini harus ditepis mengingat amanah yang wajib dilaksanakan. Masalah hasil sempurna atau tidak, baik atau buruk, diterima atau ditolak, dipuji atau dicaci, itu urusan belakangan. Karena tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini, tapi tetap berusaha sebaik mungkin agar kelak dapat meringankan beban kita di akhirat.


Masih di depan komputer yang entah mengapa power supply berbunyi tiada henti. Kadang ada rasa takut ketika menghidupkan komputer, namun tetap dihidupkan karena banyak tanggung jawab yang harus diselesaikan. Bunyi ini bukan alunan indah nan merdu layaknya deburan ombak yang setiap hari terdengar dari ruangan ini, namun bunyi ini memekakkan telinga, mungkin efeknya dapat juga mengganggu pendengaran. Meskipun sudah dibarengi dengan musik, tetap saja bunyi power supply juaranya. Musik tidak mampu menutupi dan melawan suara dari power supply. Semoga suara ini segera berakhir, dan bisa bekerja dengan normal kembali.


Ketika rasa kantuk tak tertahan, tiba-tiba di pintu terdengar suara salam. Salam itu seketika menghilangkan kantuk yang sejak tadi menerjang mata ini. Ternyata sudah menunjukkan jam istirahat, pantaslah banyak pengunjung di ruangan ini. 

Seseorang memanggil dengan lembut, "ibu... maaf mengganggu, bolehkah kami buka puasa dirumah ibu..."
Dan ibu menjawab "boleh... kapan rencananya? Khawatir bentrokan dengan acara lain kalau tidak ditentukan waktunya". Setelah perbincangan panjang lebar, akhirnya diputuskan hari dan tanggal yang pas untuk semua orang. 

Inilah ritual setiap tahun di bulan ramadhan, anak-anak selalu mengajak buka bersama dirumah kami, dari berbagai angkatan secara bergantian. Bersyukur dan merupakan suatu kehormatan bagi keluarga kami, dapat menjadi tuan rumah meskipun semuanya seadanya. Tapi mereka sangat senang meskipun hanya berbuka dengan gorengan dan segelas es.

Kebersamaan dengan mereka di kelas berubah menjadi kebersamaan dirumah. Mengajak mereka sholat berjamaah dan memberikan sedikit ilmu tentang agama, karena kamipun sama-sama masih belajar. Bukan hanya di sekolah kita dapat belajar, dimanapun berada dapat menjadi tempat untuk belajar. 

Selamat berpuasa, semoga kisah ini dapat menjadi kenangan indah yang bermakna untuk anak-anak yang pernah belajar bersama ibu. Ambil positifnya, buang segala negatifnya. Sukses di segala tantangan kehidupan aamiin.

1 komentar:

  1. bagus tulisannya bu semakin lama semakin profesional neh menulisnya

    BalasHapus