Sabtu, 30 Januari 2021

Menulis untuk Berbagi

 


Sepeda motor ini berjalan sedikit pelan, persiapan melewati jalan yang selalu membuat hati was-was, ada beberapa truk yang antri melewati jalan itu dan saya menanti motor di depan saya untuk beranjak melewati jalan itu… ya… jalan yang sering membuat kaki masuk ke kubangan lumpur, namun tetap bersyukur karena banyak yang bernasib kurang baik, tergelincir hingga terjatuh di jalan itu. Sopir-sopir truk memandu untuk melewati bagian tengah jalan karena mereka dari tadi menata batu-batu menimbun kubangan lumpur itu, pahala sopir-sopir itu akan terus mengalir sebagai amal jariyah. Akhirnya berhasil juga dengan mulus melewatinya, terima kasih untuk siapapun yang telah menimbun jalan itu dengan batu-batu, sehingga banyak orang seperti saya yang terbantu melewatinya.

Itulah sekelumit kisah perjalanan menuju sekolah pagi ini, dan setelah sholat jum’at harus berjibaku lagi, belanja beberapa barang keperluan sekolah berkeliling kota sampai menemukan barang itu, dan foto kopi beberapa laporan yang sudah selesai dikerjakan supaya beban lebih ringan. Kemudian pergi ke kantor pos kabupaten untuk mengecek kiriman dari Perpustakaan Nasional, dan hasilnya “Anda kurang beruntung”. Namun tidak patah semangat, setelah berkomunikasi beberapa saat dengan petugas kantor pos, diperoleh informasi bahwa barang itu sudah dibawa ke kantor pos kecamatan, dengan gercep saya meminta nomer kontak kantor pos kecamatan dan langsung menghubunginya, dan benar saja barang itu sudah beberapa lama di kecamatan, namun tidak diantar ke sekolah, alasannya sekolah tutup, padahal sekolah buka setiap hari, hanya siswa sedang BDR jadi nampak sepi, akhirnya barang itu diantarkan kerumah langsung. Betapa senangnya, hasil perjuangan beberapa bulan lalu akhirnya membuahkan hasil yang tidak mengecewakan. Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPL) Diklat Kepala Perpustakaan Sekolah sudah ditangan. Semua rasa lelah, letih dan suka cita bercampur aduk, mengingat perjuangan diklat itu tidak mudah, berbagai ilmu dan pengalaman baik dari narasumber maupun teman-teman seluruh Indonesia ada disana, kenangan yang tidak terlupakan.

Dan malam ini siap-siap mengikuti pelatihan belajar menulis pertemuan ke-12, bersiap untuk belajar dari narasumber-narasumber hebat. Dan menjelang pukul 19.00 WIB tiba-tiba listrik mati, sinyal menjadi hilang datang sesuka hati. Tapi saya tetap berusaha mengikuti pelatihan, meskipun dalam kegelapan.

Moderator yang hebat hari ini adalah ibu Aam dan narasumber yang luar biasa bapak Yulius Roma Patandean, S. Pd dari Tana Toraja Sulawesi Selatan, dan saya sudah pernah menginjakkan kaki di pulau Sulawasi beberapa tahun lalu, selama beberapa minggu tinggal di Makasar, mengikuti kegiatan kemahasiswaan di Asrama Haji Sudiang.

Bu Aam membuka pelatihan dan mengingatkan peserta untuk mengisi daftar hadir. Kemudian memperkenalkan narasumber kita malam ini adalah Pak Yulius Roma Patandean, S.Pd. Kelahiran 6 Juli 1984 ini adalah salah satu alumni kelas belajar menulis gelombang 8, yang bukunya sudah tembus 2 kali ke penerbit mayor. Moderator mengenal beliau karena dulu pernah satu kelas meskipun moderator tidak naik kelas. Sebelum mempersilakan narasumber hebat malam ini, mari kita simak profil beliau di link: https://romadean.blogspot.com/2021/01/profil.html

Dan tibalah narasumber memaparkan penjelasan tentang topik yang akan dibagikan malam ini adalah “Menulis dan Berbagi”. Ini adalah pengalaman bung Roma (panggilan akrab narasumber) dalam menunjang produktifitas menulis. Beliau adalah alumni Belajar Menulis Gelombang 8, pada awalnya posisinya sama dengan kita sekarang ini, belum tahu seluk-beluknya bagaimana menulis untuk menghasilkan sebuah buku. Dan berikut ini buku-buku yang sudah ditulis: Buku “Digital Transformation” telah diterbitkan oleh Penerbit ANDI dan buku berjudul “Flipped Classroom” yang akan diterbitkan juga oleh Penerbit ANDI. Kedua buku ini adalah tulisan kolaborasi saya dengan Prof. Richardus Eko Indrajit. Buku “Guru Menulis Guru Berkarya” adalah buku kumpulan resume Pelatihan Belajar Menulis gelombang 8. Sementara Buku “Tetesan Di Ujung Pena” adalah buku kumpulan puisi yang saya tulis di bulan September-Desember 2020. Kedua buku ini  diterbitkan di penerbit Indie.





Beliau meyakini bahwa kita semua memiliki ide dan pengalaman yang bisa dituliskan. Kita memiliki karunia untuk menulis. Tinggal bagaimana mengolah kedua hal ini untuk menjadi penopang tulisan yang terstruktur menjadi sebuah buku. Membuat resume dari materi-materi yang disampaikan narasumber adalah salah satu cara melatih keaktifan kita untuk menulis. Jadikanlah menulis resume adalah menu wajib sekaligus alarm bagi kita untuk konsisten menulis. Mengapa resume? Karena resume inilah yang paling mudah kita bahasakan saat kita mulai belajar menulis. Kontennya sudah ada, tinggal diolah dan diberi bumbu kreatifitas mengolah kata-kata sehingga bahasanya renyah untuk dibaca (Kata Omjay dan Pak Mukminin). 

Menulislah tanpa beban, seperti air yang mengalir dari ketinggian, di mana ia akan berhenti di tempat yang datar untuk menjadi satu kumpulan yang besar. Demikianlah kata demi kata yang kita tuliskan, sedikit demi sedikit, pada akhirnya akan terkumpul menjadi naskah yang bisa dibukukan. 

Berapa halaman supaya bisa menjadi buku? Menurut format aturan UNESCO, minimal isi buku adalah 40 halaman. Nah, untuk mencoba membuat buku dengan standar ini, menulis minimal 20 resume dalam Pelatihan Belajar Menulis PGRI ini menjadi kewajiban yang harus bapak/ibu guru lakukan. Jika tiap resume menghasilkan masing-masing 5 halaman ukuran kertas A5, maka 20 resume sudah menghasilkan 100 halaman naskah buku. Mari selesaikan resume, dan segera miliki mahkota menulis, yakni hasil karya ber-ISBN yang akan diabadikan oleh negara di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Penerbitannya? Kontak pak Brian untuk mendapatkan informasi seputar penerbit Indie, bisa juga menghubungi ibu Sri Sugiastuti, pak Mukminin dan tentunya Omjay terkait penerbitan mayor.

Lalu kenapa menulis harus berbagi? Sesuai dengan pengalamannya, membagikan praktik-praktik baik tentang menulis kepada orang lain adalah pemberi motivasi baginya untuk terus menulis. Walaupun harus diakui bahwa motivasi menulis guru-guru di tiap daerah itu berbeda-beda. Selain membagikan tulisan di blog ke grup WA sekolah dan media sosial, bung Roma juga ikut menuliskan artikel di laman guruberbagi.kemdikbud.go.id. Ada dua artikel yang sudah diterbitkan di laman ini yaitu:

https://guruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/belajar-efektif-dari-rumah-di-masa-darurat-covid-19/

https://guruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/pjj-dengan-perpaduan-kelas-virtual-4-plus-1/ 

Disamping tulisan dibaca oleh guru-guru, kemdikbud juga memberikan bonus paket data, lumayan tambahan untuk mendukung PJJ yang masih akan berlangsung hingga 1 April 2021, sesuai instruksi gubernur Sulawesi Selatan.

Selain itu dapat berbagi ke rekan-rekan kerja di sekolah, termasuk mengajak rekan-rekan guru dari sekolah lain untuk menulis. Supaya mereka termotivasi, beliau yang memberi bukti lebih dulu yaitu menulis puisi dan terbit jadi sebuah buku. Akhirnya ada 2 rekan guru bahasa Indonesia yang berminat. Bung Roma mengajak mereka menulis yang paling mudah mereka lakukan, yakni menulis puisi. Setelah dua bulan berjalan akhirnya terkumpul 71 puisi yang siap dibukukan dengan judul buku ‘Merajut Asa di Badai Korona”.  Buku ini sementara dalam proses terbit. Luar biasanya prof. Richardus Eko Indrajit memberikan pengantar dalam buku puisi yang ditulis bersama dengan rekan guru dari sekolah tersebut.

Bung Roma berbagi demikian untuk memberikan motivasi ke rekan-rekan guru di sekolah dan daerahnya, terlebih buat bapak/ibu sekalian yang ada di grup belajar menulis ini, bahwa menulis itu bisa kita lakukan. Terlebih bagi guru-guru PNS yang ada di grup menulis PGRI ini, mari kita menjadi pionir untuk mengkampanyekan naik pangkat secara bermartabat lewat karya tulis kita, salah satunya menulis buku ber-ISBN. Demikian sharing dari bung Roma malam ini, setidaknya memberikan semangat untuk PNS supaya dapat menciptakan karya secara mandiri untuk syarat kenaikan pangkat dan memberikan pesan bahwa berbagi itu indah, ilmu tidak akan berkurang malah manfaatnya akan banyak diperoleh dengan berbagi. Maka menulislah dan bagikanlah!.

Kemudian masuk sesi Tanya jawab, karena posisi listrik masih mati jadi saya hanya memperhatikan semua pertanyaan teman-teman di grup, namun diujung-ujung menit terakhir pelatihan akan ditutup, tangan saya mulai gatal untuk mengirimkan pertanyaan, Alhamdulillah masih dapat bertanya dengan urutan yang terakhir. Pertanyaan ini hasil saya diskusi dengan teman satu sekolah tentang penerbitan buku, dan berikut ini adalah pertanyaan saya:

Saya pernah mendengar bahwa buku antologi hanya bisa dipakai oleh 3 orang penulisnya untuk kenaikan pangkat, dan yang lainnya tidak bisa memakai kalau sudah dipakai 3 orang. Apakah itu benar pak?

Terima kasih🙏

Jawaban: 

𝙎𝙚𝙡𝙖𝙢𝙖𝙩 𝙢𝙖𝙡𝙖𝙢, 𝙗𝙚𝙣𝙖𝙧 𝙨𝙚𝙠𝙖𝙡𝙞. 𝘽𝙪𝙠𝙪 𝙖𝙣𝙩𝙤𝙡𝙤𝙜𝙞 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙙𝙞𝙜𝙪𝙣𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙣𝙖𝙞𝙠 𝙥𝙖𝙣𝙜𝙠𝙖𝙩. 𝙎𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙨𝙖𝙮𝙖 𝙟𝙞𝙠𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙠𝙤𝙡𝙖𝙗𝙤𝙧𝙖𝙨𝙞 𝙢𝙖𝙠𝙨𝙞𝙢𝙖𝙡 4 𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙚𝙣𝙪𝙡𝙞𝙨. 𝘽𝙞𝙡𝙖 𝙗𝙪𝙠𝙪 𝙙𝙞𝙩𝙪𝙡𝙞𝙨 𝙠𝙚𝙧𝙤𝙮𝙤𝙠𝙖𝙣, 𝙢𝙖𝙠𝙖 𝙥𝙚𝙢𝙗𝙖𝙜𝙞𝙖𝙣 𝙖𝙣𝙜𝙠𝙖 𝙠𝙧𝙚𝙙𝙞𝙩𝙣𝙮𝙖 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝: 𝘽𝙪𝙠𝙪 𝙙𝙞𝙩𝙪𝙡𝙞𝙨 2 𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜, 𝙥𝙚𝙣𝙞𝙡𝙖𝙞 𝙥𝙚𝙧𝙩𝙖𝙢𝙖 60% 𝙙𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙣𝙪𝙡𝙞𝙨 𝙠𝙚𝙙𝙪𝙖 40%. 𝘿𝙞𝙩𝙪𝙡𝙞𝙨 𝙤𝙡𝙚𝙝 3 𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜, 𝙥𝙚𝙣𝙪𝙡𝙞𝙨 𝙪𝙩𝙖𝙢𝙖 50%, 𝙥𝙚𝙣𝙪𝙡𝙞𝙨 𝙠𝙚𝙙𝙪𝙖 25% 𝙙𝙖𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙠𝙚𝙩𝙞𝙜𝙖 25%. 𝘽𝙞𝙡𝙖 𝙖𝙙𝙖 4 𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙚𝙣𝙪𝙡𝙞𝙨, 𝙢𝙖𝙠𝙖 𝙥𝙚𝙢𝙗𝙖𝙜𝙞𝙖𝙣𝙣𝙮𝙖 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 40% 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙥𝙚𝙣𝙪𝙡𝙞𝙨 𝙥𝙚𝙧𝙩𝙖𝙢𝙖 𝙙𝙖𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙚𝙧𝙞𝙠𝙪𝙩𝙣𝙮𝙖 20% 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙖𝙣𝙜𝙠𝙖 𝙠𝙧𝙚𝙙𝙞𝙩. 𝙅𝙖𝙙𝙞, 𝙨𝙚𝙘𝙖𝙧𝙖 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙡𝙖𝙣𝙜𝙨𝙪𝙣𝙜 𝙗𝙪𝙠𝙪 𝘼𝙣𝙩𝙤𝙡𝙤𝙜𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙚𝙣𝙪𝙡𝙞𝙨𝙣𝙮𝙖 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙥𝙪𝙡𝙪𝙝𝙖𝙣 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙙𝙞𝙣𝙞𝙡𝙖𝙞 𝙖𝙣𝙜𝙠𝙖 𝙠𝙧𝙚𝙙𝙞𝙩𝙣𝙮𝙖.

Sebelumnya pertanyaan dimulai oleh moderator karena banyaknya peserta yang bertanya tentang hal yang sama, yaitu: Banyak guru yang kesulitan untuk membuat buku yang bisa digunakan untuk naik pangkat. Apakah buku resume yang kita tulis bisa dijadikan syarat untuk naik pangkat? Atau ada ketentuan khusus dilihat dari isi bukunya harus seperti apa?dan jawaban beliau adalah “Buku kumpulan resume adalah buku yang berisi juga tentang pendidikan, yakni metode penulisan dsbnya, seperti yang termuat dalam Buku 4 Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru tentang Buku dalam Bidang Pendidikan, nah ketika kumpulan resume ini telah kita olah sedemikian rupa kemudian diterbitkan jadi buku ber-ISBN, tentunya bisa digunakan untuk naik pangkat. Buku dalam bidang pendidikan yang dicetak oleh penerbit dan ber-ISBN, nilainya 3. Sementara buku yang dicetak oleh penerbit namun  tidak ber-ISBN nilainya 1,5”.

Dan disusul dengan pertanyaan-pertanyaan berikutya, dan pelatihan hari ini ditutup dengan semangat baru, yaitu semangat menulis dan berbagi kepada semua orang dimanapun berada. Semoga resume ini bermanfaat untuk kita semua, membakar semangat untuk berkarya secara mandiri, menuangkan ide kita sendiri dengan produktif.


Ketapang, 29 Januari 2021

Nurus Sholikhah, S. Pd


Rabu, 27 Januari 2021

Penerbit Indie: Harapan Baru Menerbitkan Sebuah Buku

 

Pagi ini hujan sangat lebat, matahari bahkan hanya menampakkan sinar redupnya, tertutup awan mendung yang tebal dan gelap. Serasa malas beranjak dari empuknya kasur, pinginnya narik selimut dan menikmati sejuknya udara ini. Namun itu semua hanya impian, kenyataannya meskipun hujan lebat, harus tetap segera beranjak dari kenyamanan dan mengerjakan semua tanggungjawab. Tapi itulah saya dengan semua kerempongan di pagi hari, mulai dari menyiapkan sarapan, menyiapkan baju anak-anak dan banyak lagi seabrek kerjaan hehe…

Selesai urusan rumah tangga, beranjak menuju ke depan laptop yang memang dari tadi malam hanya standby saja, tidak dimatikan supaya cepat membukanya karena laptop ini sudah mulai lemot. Ah sekali lagi melanjutkan episode tadi malam yang belum kelar-kelar, tugas yang sudah saya tumpuk selama 1 tahun dan baru sekarang saya menjamahnya dengan manja. Sambil menunggu hujan reda, menikmati indahnya konsentrasi di depan laptop. Namun hujan tidak juga reda, dan akhirnya terpaksa ke kantor minta antar suami, ya suami siaga (siap antar jaga). 

Tepat pukul 12.14 WIB pak Brian mengirim flyer di grup belajar menulis, tema untuk pelatihan malam ini. Dan ketika membacanya, saya langsung tertarik, cepet-cepat saya pencet bintang supaya tidak hilang. Membayangkan betapa serunya pelatihan nanti, tema yang membuat semangat menulis hidup kembali, memberi harapan bagi penulis pemula yang ingin punya buku dan terbit. 

Dan tibalah waktunya pelatihan ini dimulai tepat pukul 19.00 WIB. Moderator malam ini adalah Mr. Bams yang selalu memukau dalam menghandle pelatihan. Dan narasumber yang masih muda, jago ngeblog, berbakat dan berprestasi Bpk Raimundus Brian Prasetyawan, S. Pd.

Mr. Bams membuka pelatihan belajar menulis dengan menyapa semua peserta. Dan memperkenalkan narasumber yang tulisannya sudah bisa dinikmati di buku, baik buku antologi atau solo. Mr. Bams memberi kesempatan 5 menit untuk membaca profil narasumber di link http://www.praszetyawan.com/p/profil.html  

Kemudian Mr. Bams menyampaikan hal penting bagi peserta, yaitu:

1. Peserta boleh bertanya setelah 19.30

2. Kirimkan ke 088809405468, sebutkan nama dan asal

3. Kiriman 1 pertanyaan dulu agar yang lain punya kesempatan bertanya.

Selanjutnya moderator mempersilahkan narasumber untuk memaparkan penjelasannya. Dan Bapak Brian menyapa peserta dengan ramahnya, beliau merasa senang sekali bisa diberi kesempatan untuk sharing pada pertemuan ke 11 Pelatihan Belajar Menulis gelombang 17. Beliau juga mengungkapkan keinginan supaya banyak dari bapak/ibu di gelombang ini yang nantinya bisa menerbitkan buku. Berdasarkan pengalaman gelombang sebelum-sebelumnya, banyak yang sudah mencapai 20 resume tapi masih kurang Percaya Diri atau masih bingung untuk lanjut menerbitkan buku, padahal sudah ada modal bahan naskah yaitu 20 resume. Sangat disayangkan kalau tidak dituntaskan menjadi buku. Maka tema pertemuan malam ini adalah "Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie"

Mengapa dibilang semakin mudah? karena dahulu mungkin bapak/ibu mengira, menerbitkan buku itu suatu khayalan tinggi yang susah atau lama tercapai. Karena kita hanya tahu penerbit mayor yang bukunya ada di toko buku. Kita pun tahu kalau mengirim naskah ke penerbit mayor ada kemungkinan ditolak. Dan ketika naskah diterima pun proses penerbitannya sangat lama.

Namun kini ada harapan baru bagi penulis pemula dan bagi bapak ibu yang ingin belajar menerbitkan buku, harapan baru tersebut adalah penerbit indie yang bisa menjawab rintangan-rintangan tersebut. Pada penerbit indie, ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh yaitu: naskah pasti diterbitkan, proses penerbitan mudah dan cepat. Tapi memang kalau di penerbit indie, kita perlu keluar biaya untuk mendapat fasilitas pra cetak penerbitan.

Bagi penulis pemula penerbit indie menjadi solusi untuk bisa mewujudkan impian memiliki buku karya sendiri. Ketika beliau menerbitkan buku, tidak kepikiran apakah akan laku atau tidak jika dijual. Karena yang penting bisa mempunyai buku karangan sendiri.

 Pak Brian sudah mempunyai keinginan menulis sejak 2014, sudah berniat membuat buku tutorial blog. Waktu itu blm buku blog khusus guru. Namun beliau tidak mempunyai mentor untuk membimbing. Beliau tidak tahu harus masuk di komunitas apa dan tidak punya banyak referensi tentang dunia penerbitan. Beliau hanya mengetahui satu tempat untuk menerbitkan buku secara mandiri yaitu nulisbuku.com. Disitu memang gratis tapi tidak termasuk fasilitas desain cover dan ISBN. Jika mau dua hal itu harus bayar. Biayanya mungkin hampir sejuta. Ketika itu beliau masih kuliah rasanya tidak mungkin untuk mengeluarkan biaya sebesar itu. Semangat semakin naik-turun dan akhirnya vakum. File naskah hanya tersimpan saja di dalam laptop. 

Namun akhirnya Pada Awal 2019 pak Brian mulai bangkit lagi karena tidak sengaja menemukan hashtag di Instagram tentang penerbit Indie, mata mulai terbuka bahwa menerbitkan buku sekarang lebih mudah dan banyak pilihan penerbit indie. Semangat menyelesaikan naskah. Naskah tutorial blog  dirombak untuk dibuat menjadi buku panduan blog khusus guru. Karena buku tutorial blog secara umum sudah banyak. Tapi buku blog yang khusus untuk guru belum banyak. Hingga akhirnya pada Oktober 2020 mengirimkan naskah buku pertama ke salah satu penerbit Indie. Perlu waktu 3 bulan untuk menunggu sampai buku terbit. Akhirnya pada akhir Januari 2020, buku pertama pak Brian terbit.

Pak Brian membakar semangat saya untuk dapat menerbitkan buku meskipun sekarang tertatih-tatih mencari inspirasi dan belajar menulis dengan baik melalui pelatihan belahar menulis ini. Pak Brian mengatakan bahwa kami beruntung bisa bergabung di grup ini.  Terdapat 30 lebih narasumber yang bisa diserap pengalaman dan wawasannya. Di pelatihan ini juga ada 4 penerbit indie. Kita bebas memilih mau menerbitkan buku dimana. Tidak ada ketentuan harus terbitkan satu penerbit tertentu. Silakan memilih sendiri penerbitnya.

Terdapat 4 penerbit indie di grup pelatihan belajar menulis ini, yaitu:

1. Kamila Press milik Cak Imin, yang beberapa waktu lalu sudah menjelaskannya dalam pertemuan ke delapan

2. Penerbit Gemala (penerbit rekanan Pak Brian)

3. YPTD

4. Penerbit rekanan Bu Kanjeng

Pak Brian merupakan salah satu yang bisa membantu menerbitkan buku karena memiliki rekanan penerbit indie yaitu Penerbit Gemala. Maka yang sebaiknya dilakukan adalah memahami betul ketentuan tiap penerbit dan memilih yang cocok. Karena keempat penerbit itu memiliki penawaran dan ketentuan yang berbeda-beda.

Dan malam ini Pak Brian akan membahas ketentuan menerbitkan buku di penerbit rekanannya, yaitu penerbit Gemala. Terdapat poster tentang fasilitas dan format naskah yang dapat dibaca dan dipahami oleh peserta. 



 Apakah benar hanya dengan 300.000 bisa menerbitkan buku ber-ISBN? jawabannya ada di artikel ini:

http://www.praszetyawan.com/2021/01/butuh-bantuan-menerbitkan-buku-disini.html

Sudah ada 23 buku peserta belajar menulis yang terbit. Dan sekarang ini ada 17 naskah yang sedang diproses. Namun ada ketentuan khusus yang harus diperhatikan, jika dilihat di poster, tidak tercantum fasilitas editing. Maka Pak Brian ataupun penerbit tidak melakukan editing terhadap naskah yang dikirimkan. Salah ketik maupun penulisan yang kurang pas lainnya tidak dikoreksi oleh penerbit. Kemudian jika ingin cetak ulang lagi, harus di penerbit Gemala. Jumlah minimal cetak yaitu 10 eksemplar. Diposter ada keterangan bahwa 300,000 itu untuk maksimal 130 halaman A5. Jika lebih dari itu akan kena biaya tambahan. Yang tidak kalah penting adalah jangan memberi target kapan buku harus selesai terbit. Karena naskah harus mengantri untuk diproses. Proses penerbitan paling cepat 1 bulan. Maka nanti sebelum terbit, penulis akan diberi naskah buku PDF (dengan watermark) untuk dicek kembali.

Jangan lupa naskah buku  juga disertai kelengkapan naskah yaitu: cover ( judul buku dan nama penulis saja), prakata, daftar isi (tanpa nomor halaman), profil penulis, sinopsis (3 paragraf. masing-masing paragraf 3 kalimat). Prakata wajib ada dan ditulis oleh penulis sendiri. Kata Pengantar ditulis oleh orang lain dan tidak wajib ada. Biasanya peserta belajar menulis minta kata pengantar ke Om Jay.

Karena tidak ada fasilitas editing dari penerbit Gemala, maka berikut ini tips dalam mengedit naskah:

- Penulisan kata jangan disingkat-singkat (yg, tdk, blm)

- Jangan sampai ada tulisan yang salah ketik (Typo)

- Satu Paragraf jangan berisi terlalu banyak kalimat

- Mulailah membiasakan membuat kalimat yang pendek-pendek. Kalimat panjang cenderung akan membingungkan.

- Setiap bab baru selalu dimulai di halaman baru. Jangan digabung dengan bab sebelumnya. Tidak ada ketentuan terkait minimal jumlah halaman. Biasanya buku kumpulan resume pasti bisa lebih dari 90 halaman A5 karena 20 resume itu banyak.

Inilah hasil pemaparan dan sharing malam ini bersama narasumber hebat, Pak Brian yang muda dan berbakat. Selanjutnya memasuki sesi tanya jawab, dan penutup.

Demikianlah resume pelatihan belajar menulis pertemuan ke-11 yang sangat menarik, semoga bermanfaat untuk kita yang benar-benar ingin menulis dan menerbitkan buku.


Ketapang, 27 Januari 2021

Nurus Sholikhah, S. Pd


Senin, 25 Januari 2021

Teknik Membuat Buku dari Kumpulan Resume

 


Pelatihan belajar menulis malam ini, Senin, 25 Januari 2021 dimoderatori oleh Mr. Bams yang sabar setiap memandu dalam pelatihan dan narasumber yang kece badai ibu Aam Nurhasanah, S. Pd. 

Siang tadi sekitar pukul 12. 24 WIB Om Jay membagikan flyer untuk materi pelatihan malam ini, dan saya sangat senang membaca temanya yaitu “Teknik Membuat Resume Menjadi Buku”, saya benar-benar penasaran dengan tema ini, karena banyaknya peserta pada gelombang pelatihan sebelumnya yang telah berhasil membuat sebuah buku dari resume-resume pelatihan ini. Pikiran saya melayang kemana-mana membayangkan jika saya nanti bisa berhasil juga membuat sebuah buku dari resume, tapi apakah itu mungkin?

 Dalam benak saya berkecamuk memikirkan semua harapan dan kenyataan yang kadang tidak seindah keinginan. Namun sekali lagi saya menguatkan tekad, meskipun saya hanya bisa mengcopy paste semua tulisan narasumber, namun setidaknya selama ini saya sudah berusaha untuk mengerjakan tugas dalam pelatihan ini, tentu saja dengan modal nekat mengikuti pelatihan ini, karena memang saya tahu bahwa menulis itu hal yang sangat tidak mungkin saya lakukan. Tangan terasa sakit saat mengetik, padahal hanya mengetik apa yang ditulis narasumber tanpa memberikan sentuhan apapun pada saat meresume, Bahasa kerennya hanya menjiplak tulisan narasumber, sekali, dua kali, tiga kali dan sampai Sembilan kali membuat resume, ternyata bisa meskipun kadang tiga hari belum selesai resume itu. Dan ketika membaca tema malam ini, saya merasa bahwa saya harus bisa meresume dengan baik, sesuai pemaparan narasumber nanti malam.

Dan tibalah waktunya malam ini kita belajar lagi, tetap harus semangat meskipun tadi agak terlambat karena harus mendampingi anak kedua untuk mengerjakan tugas BDR.

Bu Aam menyapa semua peserta dengan hangat dan riang seperti biasanya, dan sebelum memberi pemaparan materi sesuai tema di flyer, beliau membagikan pengalaman yang sudah membawa keberhasilan. Bu Aam bercerita sejenak, awal mengenal Mr.Bams sebagai moderator handal  yang siap menemani kelas menulis pada kesempatan yang luar biasa ini.

Dahulu, Bu Aam adalah peserta kelas belajar menulis gelombang 8. Saat itu Mr. Bams dengan apik menjadi ketua kelas yang bertugas sebagai pemimpin absensi, rekap daftar hadir,  rekap link blog, juga setiap minggu selalu menjadi moderator andal yang selalu memukau. Kekagumannya terhadap Mr.Bams menyebabkan ingin mengikuti beliau sebagai moderator di kelas belajar menulis di sesi berikutnya. Sayang dahulu Bu Aam tidak fokus dan akhirnya ditinggalkan Mr.Bams, Bu Noralia Purwa, Cak Mukminin, dan teman-teman gelombang 8. 

Kemudian bu Aam mendapat kekuatan baru dan ikut lagi gelombang berikutnya. Dan akhirnya lulus di gelombang 12 dan berhasil menerbitkan buku hasil dari kumpulan 20 resume, dari 20 narasumber hebat yang sudah berbagi di kelas belajar menulis Om Jay dan PGRI. Sejak menjadi alumni gelombang 12, sejak saat itulah bu Aam tergabung dalam formasi anggota Tim Om Jay yang bertugas sebagai moderator. Supaya pengalaman tidak hilang, pengalaman moderator pun, dikemasnya menjadi sebuah buku. Begitulah awal kisah beliau menjadi moderator.

Bu Aam mengucapkan terima kasih banyak kepada Om Jay, berkat ikut pelatihan kelas belajar menulis ini, bisa berbagi sedikit  ilmu tentang "Teknik Membuat Resume Jadi Buku". Resume adalah sebuah ringkasan atau rangkuman materi. Saat kita membuat resume, diharapkan, peserta jangan mengcopy tulisan narasumber secara utuh. Kekeliruan para blogger pemula, atau peserta pemula kelas beljar  menulis, mereka masih menganggap semua materi yang disampaikan, semuanya penting. Jadi banyak yang membuat resume, hanya copas, tanpa edit sedikit pun.  “Nah, siapa yang masih melakukan copas materi secara utuh, hayo ngakuu” Tanya bu Aam pada peserta. 

Dan saya benar-benar senyum-senyum sendiri membaca pertanyaan tersebut, alangkah lucunya. Itulah saya yang biasa membuat resume dengan mengetik semua tulisan narasumber, karena saya hanya berfikir yang namanya meringkas ya meringkas tanpa ada tambahan apapun atau bumbu-bumbu lain yang harus diracik supaya tulisan itu lebih indah dan menggugah selera. Tapi apalah daya sementara hanya itu yang dapat saya lakukan, dan malam ini saya benar-benar merasa tersipu-sipu, dan timbul perasaan malu, namun disisi lain saya merasa tergugah untuk membuat resume yang lebih baik lagi.  

Pada kesempatan yang luar biasa ini, bu Aam merubah persepsi peserta, saya khususnya. Jadi, jangan copas semua materi narsum, tapi tentukan poin-poin yang dianggap penting lalu kembangkan dengan bahasa sendiri. Bisa diselingi pengalaman hidup, atau pengalaman menarik lainnya. Hal ini agar resume kita terasa hidup dan tidak monoton hanya sekedar copas materi narasumber. Kemudian beliau membagikan PPT kurang lebih isinya tentang 7 teknik menulis resume jadi buku, yang terdiri dari:

1. Mengumpulkan resume dalam file word

2. Menentukan tema

3. Membuat TOC (TABLE OF CONTENT)/ Daftar isi

4. Mulai mengembangkan TOC

5. Review, revisi, dan edit naskah 

6. Lengkapi Sinopsis buku

7. Kirim ke Penerbit.

Dan beliau membahas satu persatu teknik-teknik tersebut sebagai berikut:

1. Mengumpulkan resume dalam file word. 

Saat kita memposting tugas resume, hendaknya kita simpan juga filenya di word. Itu akan memudahkan kita untuk menyusun naskah buku nanti.

2. Menentukan tema

Pengalaman saat mengikuti kelas belajar menulis adalah memilih tema yang sama untuk bisa dijadikan satu bab. Misalnya ada narasumber bahas tentang penerbitan misal Penerbit Mayor (PT Andi) atau Penerbit indie(Gemala, Kamila Pres, YPTD), itu dibisa di satu file kan.

Jika ada narasumber yang memuat motivasi, atau membahas teknik menulis buku, itu juga bisa menjadi bab terpisah.

3. Membuat TOC(Table of Content) atau singkatnya daftar isi. 

Bisa dibuat berdasarkan dari kumpulan tema yang kita buat tadi. Misalnya Bab 1 isinya tentang kelas belajar menulis. Ada sudut pandang kita yang berisi pengalaman saat mengikuti kelas belajar menulis yang tadinya berpikir menulis itu susah, ternyata menulis itu terasa mudah.

Ini adalah TOC buku bu Aam yang berjudul MENGUKIR MIMPI JADI PENULIS HEBAT. 

4. Mulai mengembangkan TOC. 

Kita bahas lebih mendalam isi perbab dan selingi dengan pengalaman pribadi supaya buku terasa hidup. Saat menulis naskah, jangan dulu melakukan revisi. Tuangkan ide yang berserak di sekitar kita.

5. Review, revisi, edit naskah. 

Jika naskah sudah selesai diketik, baru peserta lakukan sunting ejaan berdasarkan kitab PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). Hal ini untuk meminimalisir typo atau salah ketik.

6. Lengkapi sinopsis buku. 

Jika naskah sudah selasai, mintalah kata pengantar kepada Omjay. Kata sambutan kepada orang terdekat atau orang terpandang.  Jangan lupa profil penulis buku disimpan di halaman paling belakang. Sinopsis dibuat  untuk menarik  perhatian pembaca.

7. Kirim ke penerbit. 

Jika naskah sudah rampung, segera kirimkan ke penerbit. Biasanya prosesnya 1-2 bulan. Tergantung antrean percetakan. 

Demikian pemaparan pelatihan belajar menulis malam ini, selanjutnya memasuki sesi Tanya jawab.

Cara meramu resume menjadi menjadi sajian yang menarik di buku adalah tentukan tema yang sama. Lalu bisa dipisah menjadi bab. Cara meramunya bisa ditambahkan pengalaman pribadi agar buku terasa hidup dan berbeda. 

Tips agar buku yang telah terbit diminati calon pembaca adalah rajin bersilaturahmi. Sering say hallo. Sering komunikasi. Tentunya jangan sombong dan selalu mau berbagi. Jangan lupa bisa share di komunitas dan medsos kita misal FB, IG, twitter, atau WA.

Naskah boleh dan bisa di revisi jika naskah masih tahap revisi minor misalnya salah ketik (typo). Kalau revisi mayor saya belum pernah. Tapi, kita bisa bertanya dengan pihak penerbitnya. Untuk setiap resume yang kita buat, tidak selalu harus dihubungkan dengan pengalaman pribadi penulis. Itu tergantung si penulisnya. Kalau saya sih, lebih enak ada tambahan pengalaman pribadi saya. Karena rasanya sayang kalau tidak diceritakan. Hehehe.

Untuk daftar pustaka, kita cantumkan bila kita ambil sumber dari buku lain. Misalnya bapak beli buku resume saya. Beli buku resume Pak Susanto. Beli buku resume Bu Nora. Nah, 3 buku itu boleh bapak cantumkan sebagai daftar pustakanya. Jika hanya paparan dari narasumber saja, tidak usah pakai daftar pustaka. Penulisannya bisa ditulis menjadi “Daftar Bacaan”.

Sebagai pemula, wajar kalau berkata sulit. Namun saya yakin, kesulitan itu akan berubah menjadi kemudahan jika ibu mau belajar. Jangan jadikan menulis sebuah beban. Tapi jadikan sebuah kebutuhan. Menulislah setiap hari. Itu akan mengasah keterampilan menulis kita.

Resume yang kita posting bisa kita tambah atau bisa kita buang yang tidak penting. Misal, di blog kita tulis semua percakapan narasumber. Tapi saat membuat buku, cari point yang penting saja. Untuk profil narasumber juga, pilih satu prestasi yang paing memukau. Tidak usah ditulis semuanya. 

Cara menentukan tema yang baik dari setiap resume adalah kita pilih tema yang sama dulu. Misalnya ada narsum bahas teknik menulis, kita bisa buat bab tentang Teknik-teknik menulis. Ada narsum yang bahas tentang penerbitan, kita buat bab tentang penerbitan. Ada baiknya, di bab 1 ada gambaran motivasi menulis kita. Buku itu akan menjadi true story kita yang menarik.

Gaya selingkung adalah gaya pengutipan ketika kita mengambil sumber dari buku lain. 

Untuk penerbit YPTD naskah yang dikirim harus sudah siap cetak, dan isi naskah ditanggung penulis. Peserta nanti akan disuguhkan narasmber YPTD Haji Thamrin Dahlan. Syaratnya harus posting 10 artikel di web nya

Trik jitu resume. Jika narsum beri link blog, main ke blognya. Pilih satu artikel yang menarik untuk di bahas. Jika narsum memberikan PPT, ceritakan inti dari PPT nya. Jika narsum memberi link youtube, ceritakan inti isi materinya. 

Sebenarnya, ada 30 resume lebih saat kita mengikuti kelas. Namun syarat untuk menulis buku cukup 20 resume saja. Saya hanya menulis 15 narsum secara utuh. Dan 15 narsum lainnya saya ambil kalimat atau kutipan yang paling saya ingat. Misal Narsum Om Budiman Hakim, "Jangan menunggu ide baru menulis, namun jemputlah ide dengan menuliskannya."

Kalimat penutup dari bu Aam, “Menulislah agar hidupmu bermakna, menulislah agar hidupmu berwarna, menulislah hari ini agar kau dikenal esok hari”

Demikianlah hasil belajar malam ini semoga ke depannya bisa menjadikan kita semua lebih baik lagi dalam membuat resume. 


Ketapang, 25 Januari 2021

Nurus Sholikhah, S. Pd


Sabtu, 23 Januari 2021

Truk Terguling

Sabtu, 23 Januari 2021

Pagi ini bekejar ke sekolah, karena waktu sudah menunjukkan pukul 06.10 WIB, membawa cabe, ikan kering dan pohon belimbing 1 polibag yang tingginya 1 meter 😄 ....termasuk laptop lengkap dengan charger, buku-buku pelajaran Matematika dan perlengkapan lainnya yang selalu siap di dalam tas.
 
Di perjalanan, hati saya sudah dag dig dig, karena tadi malam ada sedikit hujan, hati dan pikiran selalu gelisah kalau hujan. Khawatir jalan banjir dan licin, khawatir tidak bisa melewatinya, khawatir terjatuh saat melewatinya, dan banyak lagi pikiran-pikiran aneh di kepala ini😌. 

Mengingat beberapa hari lalu ada orang jatuh di jalan itu, dan sepatu saya masuk ke dalam genangan air di jalan itu dan hampir membuat saya jatuh. Namun apapun yang terjadi harus tetap berangkat ke sekolah dan melewati jalan rusak itu. Dan akhirnya saya sampai di depan jalan itu, saya berhenti mungkin sekitar 5 menit, jalan itu kering tapi lubangnya dalam dan sudah ada miting, mungkin ada yang asing dengan istilah miting, karena saya juga pertama kali mengenal istilah itu, ketika saya pindah dari Jawa Timur ke Ketapang Kalbar, miting adalah jalan darurat yang tersusun dari kayu, yang ditata di jalan yang rusak atau jalan yang licin, biasanya diikat dengan rantai sepeda motor supaya rapi dan tidak bergerak dan untuk mempermudah kita melewati jalan itu, jadi mirip jembatan darurat (kalau salah arti mohon dimaklumi karena ini sepengetahuan saya saja), jika yang membuat miting ini masyarakat sekitar, biasanya mobil yang lewat harus membayar seikhlasnya, namun jika yang membuat miting tersebut sopir-sopir truk yang lewat di jalan itu, biasanya mobil yang lewat tidak perlu membayar karena tidak ada yang menunggu. Saya berpikir keras, jalan sebelah mana yang harus saya lewati. Saya menunggu ada orang lewat terlebih dahulu, maksud hati mau nyontek rutenya supaya aman melewati jalan itu😄. Dan tentu saja akhirnya ada orang yang lewat dan saya mengikutinya, dan alhamdulillah saya berhasil melewati jalan itu dengan baik dan perjalanan bisa berlanjut sampai ke sekolah, hati gembira dan lega.

Seperti biasa, sampai di sekolah saya absen, saya melihat jam ternyata masih pukil 06. 42 WIB dan masih agak sepi, karena siswa masih BDR. Setelah itu menuju tempat teristimewa di sekolah (menurut saya😉) yaitu perpustakaan, disanalah saya menghabiskan waktu, mengerjakan segala sesuatu dan sedikit bersenda gurau dengan 2 orang rekan saya yang sangat rajin🥰. 

Dan tidak terasa waktu menunjukkan waktu pulang, kedua rekan saya pulang, namun seperti biasanya saya belum pulang karena ada yang harus saya selesaikan, bisa ditebak ga sich apa yang saya kerjakan... ya ya... saya membuat resume pertemuan ke 9 pelatihan belajar menulis dibawah pembinaan Om Jay yang luar biasa. Saya asyik dan hanyut dalam kesibukan mengetik tugas, ditemani lagu-lagu Alan Walker kesayangan, dan tiba-tiba saya melihat indikator batre di laptop yang menunjukkan harus segera diisi, dan ketika saya menyiapkan kabel, saya melihat lampu dispenser itu mati, itu tandanya listrik mati😔. 

Akhirnya saya keluar ruangan sebentar untuk menghirup udara segar, dan kembali lagi ke ruangan, mengemasi semua barang dan siap-siap pulang, dan ketika semua sudah siap, saya melihat lampu dispenser hidup, hal itu menandakan listrik sudah kembali hidup. 
Dalam hati terbersit, saya akan tetap tinggal dan menyelesaikan mengetik yang kurang sedikit lagi, namun saya ingat bahwa saya belum sholat, mengkin listrik mati tadi hanya peringatan dari Allah supaya saya segera melakukan kewajiban saya, dan akhirnya saya mengunci pintu, dan meluncur pulang.

Siang ini begitu terik, matahari terlihat  balas dendam karena beberapa hari sinarnya hanya bersembunyi dibalik awan dan hujan. Waktu menunjukkan 12.30 WIB dan saya bergegas mengegas motor, dan apa yang terjadi, saya heran dan merasa aneh, terjadi kemacetan yang begitu panjang, mungkin kurang lebih 50 meter, ditambah panasnya matahari, dan saya belum sarapan, sukses sekali membuat kepala kliyeng-kliyeng.

Maju sedikit demi sedikit, pelan tapi pasti, saya sudah menduga ada yang tidak beres di jalan rusak ini, dan benar... pas di jalan yang berlubang itu terlihat sebuah truk terguling, seolah-olah letih dan ingin berbaring sebentar di jalan itu. Inilah penyebab kemacetan yang luar biasa, truk berisikan muatan sembako terguling di jalan yang setiap hari membuat hati saya berdebar-debar seperti awal-awal ketemu dengan suami😃. 
Alhamdulillah sekali lagi saya bisa melewati jalan itu dengan baik, meskipun harus dipandu oleh banyak sopir truk yang berusaha mengurai kemacetan. 

Terima kasih bapak-bapak yang baik hati. Namun setelah berhasil melewati jalan rusak itu, saya menepikan sepeda motor dan saya langsung turun dari motor dan permisi kepada bapak-bapak yang tadi membantu saya untuk mengambil foto dan video. Dan mereka sangat senang hati mengijinkan saya, malah mereka membantu saya, memberikan bantuan untuk mengambil beberapa foto. 
Seketika itu saya mengingat pelajaran yang diberikan oleh beberapa narasumber di pelatihan belajar menulis gelombang 17, tulislah peristiwa apapun, abadikan dengan hp atau dengan cara lain. Itulah sebabnya saya langsung mengambil gambar dan video, untuk bahan menulis😚.
Semoga jalan itu bisa segera diperbaiki untuk mempermudah kegiatan sehari-hari.

Ketapang, 23 Januari 2021
Nurus Sholikhah, S. Pd

Penulis dan Mentalitasnya

 


Pelatihan belajar menulis Jum’at, 22 Januari 2021 malam ini dimoderatori oleh Bapak Sucipto Ardi yang lebih akrab dipanggil Pak Cip. Tema pelatihan belajar menulis malam ini adalah “Mental Seorang Penulis” yang akan disampaikan oleh narasumber yang hebat yaitu ibu Ditta Widya Utami. Seperti biasanya Pak Cip menyampaikan susunan kegiatan sebagai berikut:

1. Pembukaan

2. Paparan narasumber

3. Tanya jawab

4. Penutup

Pak Cip selaku moderator mengingatkan, bagi peserta yang bertanya harap menuliskan nama dan asal daerahnya, serta jangan mengirim pertanyaan diakhir-akhir sesi tanya jawab, karena dikhawatirkan terlewat untuk dibaca. Dan memang inilah yang saya alami pada pertemuan ke 8 kemarin, saya bertanya di akhir sesi tanya jawab, alhasil pertanyaan saya terlewat dibaca oleh Pak Cip. Alhamdulillah malam  ini diingatkan oleh Pak Cip supaya kejadian itu tidak terulang lagi.

 Moderator membagikan link profil narasumber dan peserta diberi waktu untuk membaca, sambil menunggu narasumber bergabung dalam grup belajar menulis gelombang 17. Kemudian saya beselancar menuju link tersebut, membaca profil dan biodata narasumber yang sangat hebat, masih muda namun banyak menghasilkan buku dan melakukan banyak kegiatan yang bermanfaat. Setelah itu Pak Cip, mempersilahkan narasumber untuk memaparkan tema belajar menulis malam ini.

Menurut ibu Ditta untuk menjadi seorang penulis handal, selain mengetahui teknik menulis penting bagi kita untuk memiliki mental yang kuat dan sehat. Jika kita melihat beberapa penulis tersohor baik di dalam maupun diluar negeri, ternyata banyak yang harus jatuh bangun ketika memulai karirnya sebagai seorang penulis. Namun karena mereka (salah satu faktornya) memiliki mental yang kuat, mereka bisa bangkit kembali dan akhirnya meraih kesuksesan. Jadi mental yang dimaksud narasumber adalah lebih kepada sebuah cara berpikir untuk dapat belajar dan merespon suatu hal. Sebagaimana yang dilakukan para penulis hebat dalam menghadapi setiap tantangan.  Berikut ini adalah garis besarnya:


Kemudian ibu Ditta membagikan link youtube dan beberapa link lainnya tentang Mental Seorang Penulis, dalam youtube tersebut dibuka dengan lagu Sheila on 7 yang berjudul “kisah klasik untuk masa depan”. Dalam youtube tersebut beliau menjelaskan bahwa kita harus bahagia untuk melakukan yang terbaik. Untuk menjadi seorang penulis diperlukan mental yang kuat, berikut ini adalah mental yang diperlukan penulis:

1. Siap konsisten

“Teruslah menulis setiap hari dan buktikan apa yang terjadi.” (Om Jay). Kutipan ini sebetulnya sudah cukup menjadi bekal untuk kita sebagai penulis pemula. Jika kita sudah berniat untuk meningkatkan skill menulis, maka kita harus ingat bahwa menulis adalah sebuah kata kerja. Artinya harus ada tindakan nyata. Saat ini banyak sekali platform untuk menulis yang bias kita manfaatkan. Contohnya sepeti yang beliau share. Tetapi mungkin masih ada yang menulis seperti Soe Hoek Gie, dari buku catatan kemudian lahir sebuah buku atau seperti RA Kartini dari surat-suratnya juga lahir sebuah buku. Semua orang mungkin bias menulis, tetapi untuk menjadi penulis handal dibutuhkan mental yang kuat agar bias konsisten menulis.  Salah satu tips agar bisa memiliki mental untuk konsisten adalah dengan mengenali diri sendiri. Sehingga tantangan apapun yang menghadang, kita akan mengetahui apa yang harus kita lakukan.

2. Siap dikritik. 

Saat kita memutuskan untuk memublikasikan hasil tulisan kita di blog/buku/media social/media massa dan sebagainya maka penting kita sadari bahwa tulisan kita telah menjadi “milik public”. Dengan demikian, kita harus menyiapkan mental untuk menerima masukan dari public. Tidak hanya bersiap untuk komentar baik, kita pun harus bersiap bila ternyata ada yang mengkritik dengan cukup tajam atas tulisan kita. Dengan adanya masukan/kritik dari berbagai pihak, kita bisa mengetahui kekurangan dalam tulisan. Bukan hanya dari kacamata sendiri, tapi juga dari kacamata pembaca. 

3. Siap belajar/berkembang.  

Jika sudah senang dan konsisten menulis, sudah bias menerima saran maupun kritik, maka sungguh kita memiliki mental untuk belajar bertumbuh. Ada 2 cara yang dapat ditempuh sebagai berikut:

a. Melakukan riset. Salah satu carauntuk meningkatkan kualitas tulisan adalah dengan melakukan riset. Bias berkunjung ke perpustakaan, berkunjung ke took buku untuk mengamati buku-buku best seller, melacak apa yang sedang menjadi trend di social media maupun dengan google traffic dan sebagainya.

b. Tambah bacaan. Saat ini dimana literasi sangat begitu digaungkan dimana-mana, maka kita harus menyiapkan mental untuk siap menjadi orang yang literat. Salah satunya dengan minat baca.  

4. Siap ditolak

Mental berikutnya yang perlu kita sadari adalah siap ditolak oleh media maupun penerbit, dan lain-lain. Saat naskah kita ditolak, coba lagi dan lagi atau cari alternative lain. Missal dengan menerbitkan sendiri atau dipublish di berbagai media social. JK Rowling pernah ditolak belasan penerbit, Dewi “Dee” Lestari sang penulis supernova pun pernah merasakan ditolak penerbit. Bahkan sekelas novelis horror Stephen King pun pernah ditolak penerbit. Bayangkan, jika mereka berhenti berjuang saat ditolak penerbit satu dua kali, mungkin saat ini kita tidak akan mengenal karya-karya hebat mereka.

5. Siap menjadi unik.

The last but not least. Mental yang perlu kita tanamkan untuk menjadi penulis adlah just yourself. Jadilah diri sendiri, jadilah unik. Gunakan ciri khas dan jati diri sendiri untuk menjadi penulis. Maksudnya dalam menulis tidak perlu terlalu ikut-ikutan seperti kebanyakan orang. Tulis saja apa yang paling kita sukai, yang paling sesuai dengan diri kita. Om Jay misalnya selalu unik dengan tulisan setiap harinya. Mr. Bams selalu unik dengan kalimat-kalimat positifnya, dan bu Kanjeng yang unik dengan gaya bahasanya yang begitu hidup. Coba lihat blog atau buku Raditya Dika, isinya pasti humor, jika membaca buku-buku Justin Gaarder (penulis Dunia Sophie) jangan heran jika terselip unsur filsafat. Karena basicnya beliau memang pernah menjadi guru filsafat sebelum menjadi penulis. Nah apa yang unik dalam diri kita? Mari kita tuangkan dalam bentuk tulisan. Jadilah penulis jujur yang apa adanya dan ada apanya, tidak dibuat-buat atau dipaksakan (apa adanya) namun tetap berbobot (ada apanya). Hal ini bisa kita tingkatka dengan terus berlatih menulis dan membaca. 

Inilah hasil pemaparan bu Ditta selama hampir 1 jam pelatihan belajar menulis pertemmuan ke-8, selanjutnya memasuki sesi tanya jawab. Ada 15 pertanyaan, sesi ini sangat seru karena pertanyaan-pertanyaan tersebut sungguh mewakili apa yang ingin saya ketahui. 

Demikian resume kegiatan belajar menulis pertemuan ke-8 semoga bermanfaat bagi saya, anda, dan semua yang membaca. Semoga kita bisa memiliki mental yang sangat kuat untuk menjadi seorang penulis yang unik.


Ketapang, 22 Januari 2021

Nurus Sholikhah, S. Pd 

 


Kamis, 21 Januari 2021

Ayo Tulis dan Terbitkan Bukumu!

 

Hari ini Rabu, 20 Januari 2021 adalah hari spesial untuk keluarga kami, dimana hari ini adalah hari ulang tahun anak kedua saya, namun karena covid 19 kami hanya membuat acara kecil-kecilan dengan memotong kue sekeluarga saja. Dan itu sudah membuatnya sangat bahagia dan ceria, makan kue bersama-sama sekeluarga.

Dan malam ini, adalah malam untuk belajar menulis bersama pakar-pakar penulis di grup WA belajar menulis gelombang 17, dengan tema “Tips Menulis Dan Menerbitkan Buku ke Penerbit” yang menjadi moderator malam ini seharusnya adalah Mr. Bams namun karena beliau berhalangan, selanjutnya digantikan oleh bapak Sucipto Ardi atau lebih dikenal dengan panggilan Pak Cip. 

Seperti biasa pelatihan ini diawali pembukaan oleh moderator, Pak Cip menyampaikan sususan acara kegiatan sebagai berikut:

1. Pembukaan

2. Paparan narasumber

3. Tanya jawab

4. Penutup

Kemudian moderator membagikan link curriculum vitae narasumber pelatihan malam ini, seorang yang luar biasa yaitu Bpk Mukminin, S. Pd., M. Pd. Yang biasa dipanggil Cak Inin. Membaca profil beliau, saya merasa bersemangat untuk menulis, udah banyak buku yang beliau tulis di usia yang dibilang tidak muda lagi, hal ini yang menjadikan kilatan semangat saya untuk bisa menulis.

Selanjutnnya Cak Inin berbagi pengalaman/sharing selama mengikuti kegiatan belajar menulis bersama PGRI dan Om Jay, tentang menulis dan menerbitkan buku ke penerbit. Beliau ikut belajar menulis bersama PGRI mulai dari 29 Maret s.d Desember 2020 dan berhasil menerbitkan 2 buku solo dan 8 buku karya bersama (Antologi). 

Dalam menerbitkan buku bagi penulis pemula diperlukan beberapa hal sebagai berikut:

1. Diperlukan sebuah keberanian dan tekad yang kuat untuk mempublikasikan tulisan denganharapan berbagi pengalaman. Tanpa niat yang kuat maka tidak akan terbit buku kita. Karena menulis itu bukan karena bakat tetapi karena niat kuat untuk menulis dan terus menulis dan terus berlatih.

2. Kita harus berpola pikir bahwa menulis itu mudah. Jangan berkata menulis itu sulit. Dengan berkata menulis itu mudah maka otomatis pikiran dan hati kita diberi kemudahan. Kalau dibalik menulis itu sulit maka terhentilah pikiran dan hati kita untuk menulis bahkan akan mengalami kebuntuan, karena terpola dalam pikiran kita,  percayalah ucapan adalah doa. Ada yang mengatakan menulis itu semudah berbicara, memang benar, Anda bicara lalu lalu direkam dengan hp (writer plus atau  color note) dan langsung terekam menjadi tulisan tinggal diedit. Maka tulislah apa saja yang kita dengar, kita lihat, kita baca dan kita rasakan. 

3. Kenali passion  (potensi diri), apakah suka menulis buku bisnis, pendidikan, fiksi (cerpen, novel, roman, IT, motivasi, dan lain-lain), dengan mengenali potensi diri, maka akan mempermudah untuk menulis. Sehebat apapun petensi diri namun tanpa diasah dan berlatih terus maka akan sia-sia. Dengan demikian kita terus berlatih menulis dan menulis.

4. Banyak membaca, untuk menjadi penulis buku, bias diperoleh melalui pengalaman dan pengetahuan dengan banyak membaca buku, wawasan kita akan bertambah dan bisa kita tulis menjadi buku yang menarik. Kita bisa mulai langsung menulis apa saja yang disukai dan simpan di blog pribadi. Bias berupa resume kuliah online bersama Om Jay, puisi, cerpen, artikel, kisah perjalanan, motivasi dan lain-lain. Yang nanti akan dapat dijadikan sebuah buku. 


Terkadang dan memang dalam kenyataannya kita selalu sibuk dengan berbagai pekerjaan, maka kita harus pandai membagi waktu supaya semua bisa berjalan sesuai harapan dan selesai tepat waktu. Ketika kita mengalami kejadian atau peristiwa, yang perlu kita lakukan adalah sebagai berikut: 

1. Tulislah, segera ambil hp kita dan foto kejadian tersebut, kemudian tulis di hp 5W + 1H, atau tulis di buku catatan/ kertas atau langsung bicara dan direkam di hp.

2. Tentukan waktu yang tepat untuk menulis. Setiap orang tidak sama, tergantung masing-masing. Kembangkan pokok-pokok tulisan menjadi tulisan yang baik, enak dibaca dengan kalimat pendek, sederhana yang mudah dipahami dan gunakan istilah umum. 

3. Tampilkan tulisan kita dengan ciri khas gaya sendiri (trade mark) karena setiap orang punya style masing-masing.

4. Jangan membatasi jumlah halaman, mengalir saja, tulislah sebanyak-banyaknya. Jangan menulis sambil mengedit, tulis saja sampai selesai kemudian baru kita edit sampai benar-benar bagus sesuai dengan EYD/ EBBI.

5. Mempelajari bagaimana buku itu diterbitkan, dan berikut ini adalah cara menerbitkan buku:

a. Bagaimana membuat cover buku

b. Bagaimana judul yang menarik perhatian pembaca

c. Apa saja yang harus dikirim ke penerbit dari naskah/ tulisan kita menjadi buku. Dan beberapa teman-teman memberikan testimony.

d. Siapkan kata pengantar

e. Daftar pustaka

f. Biodata penulis

g. Synopsis untuk cover buku bagian belakang berisi: inti dari isi buku kita, kelebihan buku kita dan untuk promosi.

h. Semua dijadikan 1 file dan kirim ke penerbit.

 Ayo melek penerbit buku, ada 2 jenis penerbit, yaitu penerbit mayor dan penerbit indie. Perbedaannya sebagai berikut:

1. Jumlah Cetakan

Pada penerbit mayor, mencetak bukunya secara masal. Biasanya cetakan pertama sekitar 3000 eksemplar atau minimal 1000 eksemplar untuk dijual di took-toko buku. Sedangkan pada penerbit indie hanya mencetak buku apabila ada yang memesan atau mencetak secara berkala yang dikenal dengan POD (Print on Demand) yang umumnya didistribusikan melalui media online facebook, twitter, instagram, youtube, WA grup dan lain-lain.


2. Pemilihan naskah yang diterbitkan

Pada penerbit mayor, naskah harus melewati beberapa tahap prosedur sebelum menerbitkan sebuah naskah. Mereka ekstra hati-hati dalam memilih naskah yang akan mereka terbitkan dan tidak akan berani mengambil resiko untuk menerbitkan setiap naskah yang mereka terima. Penerbit mayor memiliki syarat yang semakin ketat, harus mengikuti selera pasar dan tingginya tingkat penolakan.

Sedangkan penerbit indie tidak menolak naskah, selama naskah tersebut sebuah karya yang layak diterbitkan, tidak melanggar undang-undang hak cipta, karya sendiri, bukan plagiat, serta tidak menyinggung unsur SARA dan pornografi, naskah tersebut pasti akan diterbitkan. Penerbit indie adalah alternative baru bagi para penulis untuk membukukan tulisannya.

3. Profesionalitas

Penerbit mayor tentu saja professional dengan banyaknya dukungan SDM di perusahaan besar mereka. Demikian juga dengan penerbit indie tetap professional meskipun sering di salah artikan, banyak yang beranggapan bahwa penerbit indie asal-asalan, asal cetak-jadi-jual. Namun sebenarnya tidak demikian. Sebagai penulis harus jeli memilih siapa yang akan jadi penerbit bukunya. Jangan tergoda dengan paket penerbitan murah, tapi kualitas masih belum jelas. Mutu dan manajemen pemasaran buku bias menjadi ukuran penilaian awal sebuah penerbitan. Kadang murah namun cover kurang bagus, kertas dalam coklat kasar dan bukan boopaper (kertas coklat halus). 

4. Waktu Penerbitan

Pada penerbit mayor, naskah diterima atau ditolak akan dikonfirmasi dalam tempo 1-3 bulan. Jika naskah diterima membutuhkan waktu untuk terbit bias bertahun-tahun namun bias juga cepat. Karena banyak alur kerja yang harus dilalui, bersyukur jika buku bisa cepat didistribusikan di semua toko buku. Namun jika dalam waktu yang ditentukan penjualan buku tidak sesuai target, maka buku akan dilepas oleh distributor dan ditarik kembali oleh penerbit.

Pada penerbit indie, akan segera memproses naskah yang telah diterima dengan cepat, dalam hitungan minggu buku sudah bisa terbit.

5. Royalty 

Kebanyakan penerbit mayor mematok royalty penulis maksimal 10% dari total penjualan. Biasanya dikirim kepada penulis setelah mencapai angka tertentu atau setelah 3-6 bulan penjualan buku. Pada penerbit indie umumnya 15%-20% dari harga buku, dipasarkan dan dijual penulis melalui media social dan lain-lain.

6. Biaya Penerbitan

Pada penerbit mayor, biaya penerbitan buku adalah gratis. Itu sebabnya mereka tidak bisa langsung menerbitkan buku begitu saja sekalipun buku tersebut dinilai bagus oleh mereka. Jika buku tersebut tidak laku dijual, maka kerugian hanya ada di pihak penerbit.

Pada penerbit indie, memerlukan biaya penerbitan (berbayar) sesuai dengan aturan masing-masing penerbit. 

Contoh penerbit mayor adalah Gramedia, Pustaka Utama, Mizan, Republika, Grasindo, Loka Media, Tiga Serangkai, Bentang Pustaka, Erlangga, Yudhistira, Andi Yogyakarta dan lain sebagainya.

Contoh penerbit indie adalah Kamila Press Lamongan. Berikut link cara  mencetak buku menggunakan penerbit Kamila Press Lamongan https://cakinin.blogspot.com/2021/01/cetak-awal-10-buku-dan-cetak-ulang.html

Demikian pemaparan dari Cak Inin pada pelatihan belajar menulis malam ini, beliau menutup pemaparannya dengan beberapa motto, salah satunya adalah “Kalau kamu ingin panjang umurmu, maka menulislah” (Cak Inin 2020).

 Setelah itu memasuki sesi tanya jawab, banyak sekali pertanyaan dari peserta, hal ini menujukkan bahwa peserta banyak yang antusias dan berminat untuk menerbitkan sebuah karya berupa buku. Semoga saya juga bisa menerbitkan sebuah buku sebagai bentuk mengembangkan literasi di sekolah. 


Ketapang, 20 Januari 2021

Nurus Sholikhah, S. Pd




Selasa, 19 Januari 2021

TRIK MENULIS YANG PRODUKTIF



Belajar malam ini mengambil tema “Produktif Menulis Buku”, tema yang sangat menantang dan membuat saya penasaran, bagaimana cara produktif dalam menulis buku, sedangkan sampai sekarang menulis di blog saja masih gerogi. Moderator pelatihan belajar menulis Senin, 18 Januari 2021 adalah ibu Aam Nurhasanah yang hebat dan selalu sabar membalas WA saya hampir setiap hari. Dan narasumber yang hebat malam ini adalah Ibu Noralia Purwa Yunita, M. Pd. Ibu Aam selaku moderator memperkenalkan narasumber dengan menampilkan profil ibu Nora. Dan untuk mengefektifkan waktu, bu Aam mempersilahkan ibu Nora memaparkan tema pelatihan belajar menulis malam ini. 

Akhirnya yang dinanti malam ini mengawali pemaparannya dengan sharing pengalaman menulis, dan beliau juga mengajak peserta untuk sejenak mendoakan kepada saudara-saudara kita di Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat dana daerah lain yang sedang tertimpa musibah, semog selalu dalam perlindungan Tuhan YME, diberikan kesehatan, keselamatan, kesabaran dan kekuatan dalam menghadapi segala musibah yang ada dan semoga keadaan segera pulih seperti semula. Aamiin YRA.

Awal beliau menulis “lagi” adalah semenjak pandemic covid 19, lebih tepatnya mulai bulan April 2020, yang memang sudah mempunyai hasrat terpendam untuk menulis, apalagi setelah tergabung ke dalam grup menulis dengan Om Jay hasratnya semakin besar untuk menulis. Dan terhitung hingga akhir tahun 2020, sudah 8 buku yang berhasil ditulis, 4 buku solo dan 4 buku antologi. Karya pertama ibu Nora bersama Prof. Richardus Eko Indrajit yang berhasil terbit di penerbit Andi. Karya kedua merupakan naskah antologi bersama pelatihan belajar menulis gelombang 8 yang berjudul “Kisah Inspiratif Sang Guru”. Karya ketiga buku antologi dengan para peserta di beberapa gelombang platihan belajar menulis, waktu itu Om Jay mengadakan lomba blog dan hasilnya karya tersebut dibukukan. Karya keempat merupakan buku hasil resume menulis di pelatihan yang berjudul “Jurus Jitu Menulis dan Berprestasi”. Karya kelima kembali kolaborasi dengan Prof. Eko dan sekarang masih proses review di penerbit Andi. Karya keenam berjudul ”Kiat Praktis Menulis Modul Berbasis Riset”. Dan buku ketujuh berjudul “Aku dan Corona” adalah buku antologi dengan dengan 3 siswi hebat. Dan yang terakhir karya ke delapan, kompilasi dengan para penulis di YPTD, penerbit asuhan bapak Thamrin Dahlan. 

Ada beberapa trik yang bapak ibu dapat gunakan jika ingin memiliki beberapa karya dalam waktu singkat sebagai berikut:

  1. Mengikuti program menulis antologi atau kolaborasi. Jika  belum percaya diri untuk menulis solo, kita dapat mengikuti beberapa program menulis antologi ataupun kolaborasi dengan beberapa penulis. Hal ini juga yang dilakukan ibu Nora, karena selain dapat belajar dari karya penulis lain, kita juga tidak dituntut menulis terlalu banyak bab untuk dijadikan buku.
  2. Menulis setiap hari di blog. Cara ini adalah yang ibu Nora lakukan ketika menjadi peserta di gelombang 8, waktu itu materi diberikan setiap malam, dan setelah materi selalu ada resume, dan kumpulan resume tersebut menjadi sebuah buku. 
  3. Menulis di media social. Beliau yakin bahwa banyak peserta yang suka membuat status di facebook atau Instagram, hobi itu dapat diarahkan untuk menulis sesuatu yang lebih berarti, misalnya cerita motivasi, pengalaman pribadi ataupun cerpen. Tulis secara konsisten, jika sudah banyak bias dijadikan buku.
  4. Menulis buku harian. Menulis di buku harian ternyata dapat menghasilkan karya sebuah buku. Cerita pribadi kita, disaat sedih, bahagia atau apapun dapat kita tuangkan rasa itu dalam buku harian. Dan kalua sudah terkumpul, tinggal diubah ke dalam kisah fiksi dan dijadikan buku.
  5. Ajak siswa untuk menulis. Peserta pelatihan belajar menulis sebagian besar adalah berprofesi sebagai guru, ajaklah siswa untuk ikut berkarya. Caranya, karya dapat dibuat berupa tugas siswa, bias berupa puisi, cerpen, atau pantun dengan tema tertentu, kemudian jadikan buku. Atau ajaklah siswa tergabung dalam grup menulis dengan membuat grup WA menulis dengan siswa, sebarkan infonya ke wali kelas masing-masing dan siswa yang tertarik bias langsung ikut gabung ke grup. Tentukan tema penulisan, berikan arahan dan buatlah karya bersama.

Inilah beberapa cara yang dilakukan ibu Nora agar menghasilkan banyak karya dalam waktu yang relative singkat. Dan menurut saya sebenarnya tidak begitu sulit untuk membuat sebuah karya, namun semua tergantung niat dan niat. Semoga niat saya membuat buku bisa terkabul dan dapat bermanfaat untuk masa depan.

Kemudian ibu Nora menjelaskan tentang bagaimana cara penulisan buku menggunakan jurus TOJTRP dari pak Akbar sebagai berikut:

1. Tema. Tentukan tema buku yang akan ditulis.

2. Outline/TOC/daftar isi. Dalam penulisan buku, pembuatan TOC/Outline/daftar isi merupakan langkah kedua setelah penentuan tema. Mengapa demikian? Ada beberapa alasan pentingnya pembuatan daftar isi yaitu:

a. Daftar isi merupakan kerangka pikiran kita dalam menuangkan setiap ide dalam buku yang akan kita tulis.

b. Membantu menjabarkan tiap bab dan sub bab dalam buku.

c. Kita dapat mengetahui awal dan akhir dari buku melalui daftar isi ini.

d. Membantu kita dalam mencari referensi/ pustaka yang kita butuhkan.

e. Agar tulisan dalam buku kita lebih terfokus dan tidak sampai keluar bahasan/topik.

f. Membantu kita untuk menjadwalkan kapan buku kita harus selesai, dengan kata lain target waktu dalam menyelesaikan penulisan buku.

Cara membuat daftar isi untuk naskah non fiksi ikuti pedoman 2W + 1H  sebagai berikut

1. Bab awal merupakan bab yang menjawab why, artinya mengapa. Dalam hal ini bab awal dapat berupa Mengapa…, Pentingnya…, Alasan….

2. Bab selanjutnya menjawab what, artinya apa. Bab ini menjelaskan pengertian, jenis, atau mungkin ciri khusus dari apa yang akan kita tulis di buku kita, sebagai contoh: mengenal media, apa itu media, spesifikasi media.

3. Bab selanjutnya yang biasanya merupakan bab akhir, biasanya menjawab How artinya bagaimana. Untuk menjawab how ini dapat dibuat lebih dari satu bab karena how meliputi tahap pembuatan, pelaksanaan, penerapan, hasil dan kelebihan serta kekurangan. Misal Penerapan Model..., Implementasi…., Perancangan…., Hubungan Model…., Kelebihan dan Kekurangan Model….

Cara membuat daftar isi untuk naskah fiksi seperti novel sebagai berikut:

1. Tentukan Prolog. Biasanya pengenalan tokoh, setting cerita, awal cerita. Dalam prolog biasanya belum ada konflik, alur juga belum terlalu terlihat karena masih merupakan bagian awal dari cerita.

2. Tentukan konflik cerita. Biasanya di bab-bab pertengahan sudah mulai muncul apa yang menjadikan konflik atau permasalahan dari cerita itu. Ini merupakan bab inti karena di dalamnya ada hikmah yang dapat diambil dari pembaca.

3. Tentukan klimaks dari konflik. Ini biasanya masih ada di bab pertengahan yang merupakan puncak dari konflik yang terjadi.

4. Tentukan solusi dari konflik. Ini merupakan bagian bab sebelum akhir bab. Biasanya penulis menyajikan solusi permasalahan dari konflik yang terjadi, jalan keluar, adanya hikmah dan pesan kepada pembaca.

5. Tentukan epilog. Ini merupakan akhir dari cerita dan tentunya merupakan bab penutup dari cerita di naskah fiksi. Akhir cerita boleh happy ending atau sad ending tergantung dari si penulis. 

Setelah membuat daftar isi, kembangkan tulisan dari daftar isi tersebut. Tuliskan sesuai dengan apa yang sudah dirancang dalam daftar isi. Mungkin di tengah jalan, aka nada tambahan daftar isi, hal ini tentunya tidak masalah asal tambahan tersebut tidak keluar dari tema yang telah ditentukan. 

Sebelum masuk ke langkah ketiga, setelah kita mempunyai TOC/outline, cari REFERENSI untuk mendukung penulisan buku. Baik buku fiksi maupun non fiksi wajib ada referensi, berbeda tetapi sangat berguna.

3. Jadwal. Tentukan jadwal berdasarkan outline yang sudah dibuat, misal kita ingin menulis buku dalam satu bulan selesai, sementara dalam outline terdiri dari 5 bab, jadi tinggal dibagi waktu 1 bulan itu dengan 5 bab. Dan itulah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah buku dengan 5 bab selama 1 bulan  

4. Tulis. Setelah outline sudah sesuai, jadwal sudah sesuai, dan referensi sudah siap, maka tinggal menulis sesuai outline yang kita buat.

5. Revisi. Dibutuhkan waktu paling lama untuk merevisi sebuah tulisan. Revisi dapat dilakukan dengan cara swaediting atau dengan bantuan.

6. Penerbit. Setelah semua beres, naskah lengkap, sudah editing, pelengkap naskah sudah tepat, tinggal masukkan ke penerbit, boleh penerbit mayor atau indie. Pasti ada plus minusnya.

Dan itulah penjelasan materi malam hari ini dari ibu Nora, selanjutnya memasuki sesi Tanya jawab, ada 15 orang yang bertanya termasuk saya yang memang dari tadi tidak sabar untuk bertanya. Saya mendapat kesempatan bertanya urutan ketiga, pertanyaan saya adalah: bagaimana cara menerbitkan buku antologi bersama siswa? Apakah memerlukan proses yang lama? Apa saja syarat-syaratnya? Dan naskahnya diserahkan kepada siapa kalau sudah jadi?. Dan beliau menjawab sebagai berikut:

1. Untuk buku bersama siswa, proses dari perekrutan siswa-siswa yang gemar menulis, kemudian tentukan tema tulisan. Lalu minta anak-anak menulis sesuai temadengan gaya Bahasa mereka sendiri.

2. Untuk proses penerbitan, dapat meminta bantuan penerbit YPTD asuhan bapak Thamrin Dahlan dan itu gratis.

3. Syarat-syarat khusus tidak ada, hanya kirimkan naskah lengkap dengan cover, daftar isi, kata pengantar dan synopsis. Jika semua telah lengkap, kirimkan ke penerbit yang dituju. 

4. Cepat lambatnya suatu proses penulisan buku tergantung penulis. Maka dari itu harus diberi deadline, supaya sesuai rencana selesainya dan tidak molor. 

Membaca penjelasan dari ibu Nora, membuat saya termotivasi untuk bisa membuat sebuah buku dengan siswa, hal ini supaya menjadi pendongkrak gerakan literasi di sekolah yang selama ini mati suri. Semoga harapan ini dapat terwujud dan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan literasi di sekolah kami. 

Diakhir sesi ternyata ibu Nora memberikan kejutan yang tidak disangka-sangka, yaitu semua peserta yang bertanya akan diundi dan mendapatkan hadiah buku. Mendengar ada hadiah saya langsung gembira padahal belum tentu dapat, tapi sangat berharap untuk dapat hadiah hehe…. Bu Aam selaku moderator mengupload nama-nama yang akan diundi, yaitu sebanyak 15 orang dari seluruh Indonesia.


Dengan harap-harap cemas saya menanti undian, dan dimulai dengan undian pertama dimenangkan oleh ibu Mujiatun dari Lampung, undian kedua dimenangkan oleh ibu Miftah dari Demak, dan undian ketiga dimenangkan oleh……saya langsung berteriak kegirangan, sampai anak-anak yang tidur di kamar sebelah berlarian ke dalam kamar saya, mereka ikut merasa gembira sambil lompat-lompat karena ibunya tersayang mendapatkan hadiah undian ketiga. Kemudian saya mengirimkan alamat lengkap kepada ibu Nora, dan diberitahu bahwa buku akan dikirim hari rabu. Betapa senangnya hari ini, belajar mencari ilmu, mendapat banyak ilmu dan bonus hadiah buku. Alhamdulillah.


Demikian resume pada pertemuan ketujuh ini, semoga bermanfaat untuk saya dan semua yang membaca resume ini.


Ketapang, 18 Januari 2021


Senin, 18 Januari 2021

Blog: Image Guru Milenial

 



      Pelatihan belajar menulis malam ini mengambil tema "Blog sebagai Identitas Digital Guru Milenial",  dimoderatori oleh Bapak Sucipto Ardi yang akrab disapa Pak Cip. Susunan acara pelatihan malam ini sebagai berikut:

1. Pembukaan

2. Paparan narasumber

3. Tanya jawab

4. Penutup  

        Dan narasumber pelatihan belajar menulis malam ini adalah ibu Theresia Sri Rahayu, S. Pd. Dari blog narasumber terurai bahwa Tere adalah nama panggilan ketika pindah ke Sumba, NTT. Beliau menulis namanya: Tere Tanpa Liye, kemudian dengan indahnya asal mula dipanggil Tere dituangkan dalam tulisan di blognya. 

Mengawali kegiatan malam ini, ibu Tere meminta peserta jalan-jalan beberapa menit, browsing dengan kata kunci: Cikgu Tere. Tentu saja saya sebagai peserta langsung gerak cepat, saya ketik Cikgu Tere di google chrome dan tidak lama kemudian muncul banyak sekali tulisan tentang Cikgu Tere, ada yang berasal dari blog atau website. Baik itu blog bu Tere sendiri maupun dari blog atau website orang lain bahkan dari organisasi tertentu.

Pada tahun 2019 lalu, beliau diberitahu panitia seleksi pada saat mengikuti kegiatan short course di luar negeri , bahwa salah satu penilaian tersebut adalah penelurusan terhadap media sosial yang dimilikinya. Karena di era digital hampir semua orang memiliki media social, saat itu beliau mencantumkan blog kompasiana karena beliau belum mempunyai blog pribadi. Sejak mendengar info dari panitia, beliau jadi termotivasi untuk membuat blog pribadi dan aktif di blog pribadi tersebut sebagai media untuk menulis, sampai pada akhirnya beliau bertemu dengan Om Jay , dan bisa tergabung dalam grup belajar menulis gelombang 4. Sebagai seorang guru, beliau merasa sangat senang dan lega ketika bias memanfaatkan blog pribadi untuk menulis apa saja hal-hal yang beliau rasakan, peristiwa yang beliau alami bahkan terkait tugas sebagai guru di sekolah. Misalnya menulis tentang materi pembelajaran yang dapat digunakan saat BdR, langkah-langkah penilaian dan lain-lain.

Proses-proses tersebut, mengarah pada pembangunan image atau identitas diri terutama terkait pada tugas sebagai guru, beliau memposisikan diri sebagai penulis sekaligus sebagai pembaca, beliau menempatkan diri sebagai siswa, bahkan sebagai guru lain dalam membaca tulisannya sendiri. Ketika seorang Guru Blogger mencoba berkomunikasi dengan para pembacanya, ia akan cenderung menggunakan kata Bapak, ibu guru, anak-anak atau sahabat. Karena guru tersebut menyadari bahwa ia adalah seorang Guru Blogger. Dan hal ini menandakan bahwa ia merasa bahwa blog merupakan identitas digital yang dimilikinya. Tentunya kita berharap blog yang kita buat dapat mencerminkan sikap-sikap yang baik sebagai guru dan selanjutnya dapat menciptakan konten-konten yang baik dalam blog kita. 

Untuk bisa membuat konten digital yang baik, maka kita perlu memahami terlebih dahulu tentang kompetensi digital. Apa itu kompetensi digital? Dalam konteks pendidikan, kompetensi digital dapat dimaknai sebagai penggunaan teknologi dengan cara yang meyakinkan, tepat dan aman untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran dan pendidikan. Mengapa kita harus menguasai kompetensi digital? Karena pada sat ini kita sudah memasuki abad 21 di mana salah satu jenis ketrampilan yang harus dimiliki baik oleh guru maupun siswa adalah literasi. Dan salah satu literasi dasar yang harus dimiliki adalah Literasi Digital. Beliau yakin bahwa saat ini kita menerapkan pembelajaran Blended Learning yaitu perpaduan antara pembelajaran luring dan pembelajaran daring. Dan dari suatu kajian bahwa blog dapat dijadikan sebagai salah satu media atau sumber belajar dalam pembelajaran blended learning. Sehingga ketika guru ingin melakukan pembelajaran ini, guru harus mempunyai kompetensi digital yang cukup agar pembelajaran yang disajikan melalui blog dapat berjalan dengan efektif. 

Siswa yang kita hadapi saat ini adalah generasi milenial, mereka mempunyai kecakapan digital yang cepat. Karena mereka tumbuh dan terbiasa dengan teknologi di sekitarnya. Sehingga ketika guru membuat konten digital di dalam blog harus dapat dibuat semenarik mungkin namun tetap menjaga kualitas. Lalu bagaimanakah cara membuat konten blog yang menarik dan berkualitas?. Beliau memberikan beberapatips membuat konten blog yang menarik dan berkualitas sebagai berikut:

1. Hindari plagiasi, buat konten yang orisinil

2. Mudah dipahami dan diterapkan

3. Tulislah konten yang singkat, padat dan jelas

4. Kombinasikan tulisan dengan gambar atau video

5. Buatlah konten up to date

6. No hoax, saring sebelum sharing

7. Ciptakanlah engaging content

8. Lakukan swa editing untuk menghindari typo. 

      Cikgu Tere berpesan, guru yang hebat dibekali dengan kemampuanyang lebih, yaitu keikhlasa untuk membagikan ilmu yang kita miliki. Dan sebagai blogger hendaknya kita membagikan tulisan-tulisan yang sesuai dengan identitas kita tersebut. Demikianlah akhir dari pemaparan Cikgu Tere sebelum memasuki sesi Tanya jawab.

        Pada sesi Tanya jawab, saya diberi kesempatan ketiga untuk bertanya dan saya bertanya tentang bagaimanakah supaya kita semangat membuat konten digital yang baik? Adakah trik khusus bagi para pemula seperti saya? Dan beliau menjawab bahwa sebenarnya tidak ada trik khusus, semua sangat tergantung pada pada motivasi awal kita untukmembuat konten digital tersebut. Namun agar kita tetap semangat dalam membuat konten digital, beliau menyarankan untuk bergabung dengan komunitas, agar bias saling menyemangati. Salah satunya seperti grup belajar menulis ini, beliau menjelaskan bahwa awalnya beliau malu dan ragu untuk membuat konten, namun ketika bergabung dengan komunitas, saling blog walking, saling komen, akhirnya beliau menjadi lebih semangat menulis. Beliau menyarankan agar sesekali melihat statistic pengunjung blog kita, akan ada rasa bangga ketika melihat artikel kita dibaca oleh banyak orang dan hal itu bisa membuat kita terus semangat. 

        Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan dari peserta dan Alhamdulillah pelatihan menulis malam ini bisa selesai dengan baik. Demikian resume pertemuan ke enam ini, semoga dapat bermanfat bagi saya dan pembaca tulisan ini. Semangat menulis untuk masa depan.



Ketapang, 15 Januari 2021


Kamis, 14 Januari 2021

Bisakah Gerakan Literasi Sekolah (GLS) bangkit kembali?

 


MENEBARKAN SEMANGAT HOBI MENULIS UNTUK GERAKAN LITERASI SEKOLAH

Oleh: Bambang Purwanto, S. Kom., Gr

Rabu, 13 Januari 2021


Pelatihan belajar menulis malam ini sangat menarik temanya, Gerakan Literasi Sekolah yang sejak beberapa tahun ini sering saya dengar dan masih belum bisa melaksanakan dengan baik di sekolah.  Pernah mempraktikkan di kelas tapi karena masih baru, sangat sulit sekali memupuk budaya literasi, mungkin pada waktu itu saya masih kurang ilmunya sehingga saya juga kurang focus dengan program tersebut. Dan lambat laun program tersebut hilang dari sekolah kami.

Sejak tahun lalu, saya berusaha mengembangkan perpustakaan sekolah, memulai belajar dari awal tentang seluk beluk perpustakaan, bagaimana cara mengelola perpustakaan sehingga dapat berfungsi secara maksimal. Saya mengikuti beberapa pelatihan tentang gemar membaca dan budaya literasi, dan saya berusaha menerapkannya secara perlahan, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Tetap semangat meskipun banyak sekali kekurangannya dan saya menikmati proses itu sebagai cara untuk belajar.

Dan malam ini, ketika membaca tema pelatihan belajar menulis, hati saya sangat senang dan merasa termotivasi untuk memulai kembali sesuatu yang telah hilang sejak lama, yaitu Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Nara sumber tema ini adalah Mr. Bams, nama yang sering saya liat di sapa beberapa bulan ini di grup WA, meskipun saya jarang komentar di grup, tapi saya selalu menyimak dan membaca yang di share di grup tersebut, dan moderator malam ini adalah bu Aam, seorang ibu yang sering saya japri dengan berondongan pertanyaan, dan beliau selalu sabra membantu dan menjaawab semua pertanyaan dari saya. 

Bu Aam mengirimkan link youtube, yang berisi CV, Profil GLS SMP Taruna Bakti, dan link website GLS SMP Taruna Bhakti, dan menjelaskan bahwa Mr. Bams adalah seorang penulis yang hebat. Dari sini saya baru sadar, pantes aja nama Mr. Bams sering disebut-sebut di grup WA Pelatihan Belajar Menulis, ternyata beliau adalah seorang pakar dengan berbagai macam penghargaan yang telah diraih, dan segudang prestasi yang membuat saya merasa iri. Mungkin suatu saat saya juga bisa seperti itu, boleh kan berharap?.

Mr. Bams menjelaskan bahwa saat kita memiliki hobi menulis, tidak sebatas menuntaskan keinginan memiliki blog dan menerbitkan buku. Seorang guru tentunya diharapkan bisa menjadi penggerak literasi di sekolahnya masing-masing. Hobi menulis Mr. Bams semakin bertambah sejak mengikuti Kelas Menulis Gelombang 8, beliau berharap apa yang kita lakukan dapat berimbas terhadap gerakan literasi di sekolah. Mr. Bams menciptakan ‘’Kalimat bahagia Mr. Bams’’ setiap hari yang diupload di semua social media dan blog miliknya. Beliau mengirimkan banyak link tentang semua kegiatan beliau yang berhubungan dengan Gerakan Literasi Sekolah (GLS), dan kami peserta diijinkan untuk beselancar dan menuntut ilmu disana. Beliau memang orang yang luar biasa, di sela-sela kesibukan yang padat masih bias menulis setiap hari. 

Memasuki sesi Tanya jawab, kali ini saya hanya menyimak, tidak ikut bertanya, karena saking serunya membaca pertanyaan dan jawaban-jawaban dari Mr. Bams yang sangat bermanfaat. Rata-rata pertanyaannya hampir sama dengan yang ada dalam pikiran saya, bagaimana membangkitkan gairah literasi di sekolah? Dan jawaban beliau selalu memberi semangat, motivasi, support untuk kita menjadi lebih baik lagi dengan berbagai cara yang patut dicoba. Intinya jangan menyerah, cintailah apa yang menjadi tujuan kita, sehingga semuanya akan menjadi ringan dan menyenangkan.


Ketapang, 13 Januari 2021