Kamis, 21 Januari 2021

Ayo Tulis dan Terbitkan Bukumu!

 

Hari ini Rabu, 20 Januari 2021 adalah hari spesial untuk keluarga kami, dimana hari ini adalah hari ulang tahun anak kedua saya, namun karena covid 19 kami hanya membuat acara kecil-kecilan dengan memotong kue sekeluarga saja. Dan itu sudah membuatnya sangat bahagia dan ceria, makan kue bersama-sama sekeluarga.

Dan malam ini, adalah malam untuk belajar menulis bersama pakar-pakar penulis di grup WA belajar menulis gelombang 17, dengan tema “Tips Menulis Dan Menerbitkan Buku ke Penerbit” yang menjadi moderator malam ini seharusnya adalah Mr. Bams namun karena beliau berhalangan, selanjutnya digantikan oleh bapak Sucipto Ardi atau lebih dikenal dengan panggilan Pak Cip. 

Seperti biasa pelatihan ini diawali pembukaan oleh moderator, Pak Cip menyampaikan sususan acara kegiatan sebagai berikut:

1. Pembukaan

2. Paparan narasumber

3. Tanya jawab

4. Penutup

Kemudian moderator membagikan link curriculum vitae narasumber pelatihan malam ini, seorang yang luar biasa yaitu Bpk Mukminin, S. Pd., M. Pd. Yang biasa dipanggil Cak Inin. Membaca profil beliau, saya merasa bersemangat untuk menulis, udah banyak buku yang beliau tulis di usia yang dibilang tidak muda lagi, hal ini yang menjadikan kilatan semangat saya untuk bisa menulis.

Selanjutnnya Cak Inin berbagi pengalaman/sharing selama mengikuti kegiatan belajar menulis bersama PGRI dan Om Jay, tentang menulis dan menerbitkan buku ke penerbit. Beliau ikut belajar menulis bersama PGRI mulai dari 29 Maret s.d Desember 2020 dan berhasil menerbitkan 2 buku solo dan 8 buku karya bersama (Antologi). 

Dalam menerbitkan buku bagi penulis pemula diperlukan beberapa hal sebagai berikut:

1. Diperlukan sebuah keberanian dan tekad yang kuat untuk mempublikasikan tulisan denganharapan berbagi pengalaman. Tanpa niat yang kuat maka tidak akan terbit buku kita. Karena menulis itu bukan karena bakat tetapi karena niat kuat untuk menulis dan terus menulis dan terus berlatih.

2. Kita harus berpola pikir bahwa menulis itu mudah. Jangan berkata menulis itu sulit. Dengan berkata menulis itu mudah maka otomatis pikiran dan hati kita diberi kemudahan. Kalau dibalik menulis itu sulit maka terhentilah pikiran dan hati kita untuk menulis bahkan akan mengalami kebuntuan, karena terpola dalam pikiran kita,  percayalah ucapan adalah doa. Ada yang mengatakan menulis itu semudah berbicara, memang benar, Anda bicara lalu lalu direkam dengan hp (writer plus atau  color note) dan langsung terekam menjadi tulisan tinggal diedit. Maka tulislah apa saja yang kita dengar, kita lihat, kita baca dan kita rasakan. 

3. Kenali passion  (potensi diri), apakah suka menulis buku bisnis, pendidikan, fiksi (cerpen, novel, roman, IT, motivasi, dan lain-lain), dengan mengenali potensi diri, maka akan mempermudah untuk menulis. Sehebat apapun petensi diri namun tanpa diasah dan berlatih terus maka akan sia-sia. Dengan demikian kita terus berlatih menulis dan menulis.

4. Banyak membaca, untuk menjadi penulis buku, bias diperoleh melalui pengalaman dan pengetahuan dengan banyak membaca buku, wawasan kita akan bertambah dan bisa kita tulis menjadi buku yang menarik. Kita bisa mulai langsung menulis apa saja yang disukai dan simpan di blog pribadi. Bias berupa resume kuliah online bersama Om Jay, puisi, cerpen, artikel, kisah perjalanan, motivasi dan lain-lain. Yang nanti akan dapat dijadikan sebuah buku. 


Terkadang dan memang dalam kenyataannya kita selalu sibuk dengan berbagai pekerjaan, maka kita harus pandai membagi waktu supaya semua bisa berjalan sesuai harapan dan selesai tepat waktu. Ketika kita mengalami kejadian atau peristiwa, yang perlu kita lakukan adalah sebagai berikut: 

1. Tulislah, segera ambil hp kita dan foto kejadian tersebut, kemudian tulis di hp 5W + 1H, atau tulis di buku catatan/ kertas atau langsung bicara dan direkam di hp.

2. Tentukan waktu yang tepat untuk menulis. Setiap orang tidak sama, tergantung masing-masing. Kembangkan pokok-pokok tulisan menjadi tulisan yang baik, enak dibaca dengan kalimat pendek, sederhana yang mudah dipahami dan gunakan istilah umum. 

3. Tampilkan tulisan kita dengan ciri khas gaya sendiri (trade mark) karena setiap orang punya style masing-masing.

4. Jangan membatasi jumlah halaman, mengalir saja, tulislah sebanyak-banyaknya. Jangan menulis sambil mengedit, tulis saja sampai selesai kemudian baru kita edit sampai benar-benar bagus sesuai dengan EYD/ EBBI.

5. Mempelajari bagaimana buku itu diterbitkan, dan berikut ini adalah cara menerbitkan buku:

a. Bagaimana membuat cover buku

b. Bagaimana judul yang menarik perhatian pembaca

c. Apa saja yang harus dikirim ke penerbit dari naskah/ tulisan kita menjadi buku. Dan beberapa teman-teman memberikan testimony.

d. Siapkan kata pengantar

e. Daftar pustaka

f. Biodata penulis

g. Synopsis untuk cover buku bagian belakang berisi: inti dari isi buku kita, kelebihan buku kita dan untuk promosi.

h. Semua dijadikan 1 file dan kirim ke penerbit.

 Ayo melek penerbit buku, ada 2 jenis penerbit, yaitu penerbit mayor dan penerbit indie. Perbedaannya sebagai berikut:

1. Jumlah Cetakan

Pada penerbit mayor, mencetak bukunya secara masal. Biasanya cetakan pertama sekitar 3000 eksemplar atau minimal 1000 eksemplar untuk dijual di took-toko buku. Sedangkan pada penerbit indie hanya mencetak buku apabila ada yang memesan atau mencetak secara berkala yang dikenal dengan POD (Print on Demand) yang umumnya didistribusikan melalui media online facebook, twitter, instagram, youtube, WA grup dan lain-lain.


2. Pemilihan naskah yang diterbitkan

Pada penerbit mayor, naskah harus melewati beberapa tahap prosedur sebelum menerbitkan sebuah naskah. Mereka ekstra hati-hati dalam memilih naskah yang akan mereka terbitkan dan tidak akan berani mengambil resiko untuk menerbitkan setiap naskah yang mereka terima. Penerbit mayor memiliki syarat yang semakin ketat, harus mengikuti selera pasar dan tingginya tingkat penolakan.

Sedangkan penerbit indie tidak menolak naskah, selama naskah tersebut sebuah karya yang layak diterbitkan, tidak melanggar undang-undang hak cipta, karya sendiri, bukan plagiat, serta tidak menyinggung unsur SARA dan pornografi, naskah tersebut pasti akan diterbitkan. Penerbit indie adalah alternative baru bagi para penulis untuk membukukan tulisannya.

3. Profesionalitas

Penerbit mayor tentu saja professional dengan banyaknya dukungan SDM di perusahaan besar mereka. Demikian juga dengan penerbit indie tetap professional meskipun sering di salah artikan, banyak yang beranggapan bahwa penerbit indie asal-asalan, asal cetak-jadi-jual. Namun sebenarnya tidak demikian. Sebagai penulis harus jeli memilih siapa yang akan jadi penerbit bukunya. Jangan tergoda dengan paket penerbitan murah, tapi kualitas masih belum jelas. Mutu dan manajemen pemasaran buku bias menjadi ukuran penilaian awal sebuah penerbitan. Kadang murah namun cover kurang bagus, kertas dalam coklat kasar dan bukan boopaper (kertas coklat halus). 

4. Waktu Penerbitan

Pada penerbit mayor, naskah diterima atau ditolak akan dikonfirmasi dalam tempo 1-3 bulan. Jika naskah diterima membutuhkan waktu untuk terbit bias bertahun-tahun namun bias juga cepat. Karena banyak alur kerja yang harus dilalui, bersyukur jika buku bisa cepat didistribusikan di semua toko buku. Namun jika dalam waktu yang ditentukan penjualan buku tidak sesuai target, maka buku akan dilepas oleh distributor dan ditarik kembali oleh penerbit.

Pada penerbit indie, akan segera memproses naskah yang telah diterima dengan cepat, dalam hitungan minggu buku sudah bisa terbit.

5. Royalty 

Kebanyakan penerbit mayor mematok royalty penulis maksimal 10% dari total penjualan. Biasanya dikirim kepada penulis setelah mencapai angka tertentu atau setelah 3-6 bulan penjualan buku. Pada penerbit indie umumnya 15%-20% dari harga buku, dipasarkan dan dijual penulis melalui media social dan lain-lain.

6. Biaya Penerbitan

Pada penerbit mayor, biaya penerbitan buku adalah gratis. Itu sebabnya mereka tidak bisa langsung menerbitkan buku begitu saja sekalipun buku tersebut dinilai bagus oleh mereka. Jika buku tersebut tidak laku dijual, maka kerugian hanya ada di pihak penerbit.

Pada penerbit indie, memerlukan biaya penerbitan (berbayar) sesuai dengan aturan masing-masing penerbit. 

Contoh penerbit mayor adalah Gramedia, Pustaka Utama, Mizan, Republika, Grasindo, Loka Media, Tiga Serangkai, Bentang Pustaka, Erlangga, Yudhistira, Andi Yogyakarta dan lain sebagainya.

Contoh penerbit indie adalah Kamila Press Lamongan. Berikut link cara  mencetak buku menggunakan penerbit Kamila Press Lamongan https://cakinin.blogspot.com/2021/01/cetak-awal-10-buku-dan-cetak-ulang.html

Demikian pemaparan dari Cak Inin pada pelatihan belajar menulis malam ini, beliau menutup pemaparannya dengan beberapa motto, salah satunya adalah “Kalau kamu ingin panjang umurmu, maka menulislah” (Cak Inin 2020).

 Setelah itu memasuki sesi tanya jawab, banyak sekali pertanyaan dari peserta, hal ini menujukkan bahwa peserta banyak yang antusias dan berminat untuk menerbitkan sebuah karya berupa buku. Semoga saya juga bisa menerbitkan sebuah buku sebagai bentuk mengembangkan literasi di sekolah. 


Ketapang, 20 Januari 2021

Nurus Sholikhah, S. Pd




2 komentar: