Sabtu, 23 Januari 2021

Penulis dan Mentalitasnya

 


Pelatihan belajar menulis Jum’at, 22 Januari 2021 malam ini dimoderatori oleh Bapak Sucipto Ardi yang lebih akrab dipanggil Pak Cip. Tema pelatihan belajar menulis malam ini adalah “Mental Seorang Penulis” yang akan disampaikan oleh narasumber yang hebat yaitu ibu Ditta Widya Utami. Seperti biasanya Pak Cip menyampaikan susunan kegiatan sebagai berikut:

1. Pembukaan

2. Paparan narasumber

3. Tanya jawab

4. Penutup

Pak Cip selaku moderator mengingatkan, bagi peserta yang bertanya harap menuliskan nama dan asal daerahnya, serta jangan mengirim pertanyaan diakhir-akhir sesi tanya jawab, karena dikhawatirkan terlewat untuk dibaca. Dan memang inilah yang saya alami pada pertemuan ke 8 kemarin, saya bertanya di akhir sesi tanya jawab, alhasil pertanyaan saya terlewat dibaca oleh Pak Cip. Alhamdulillah malam  ini diingatkan oleh Pak Cip supaya kejadian itu tidak terulang lagi.

 Moderator membagikan link profil narasumber dan peserta diberi waktu untuk membaca, sambil menunggu narasumber bergabung dalam grup belajar menulis gelombang 17. Kemudian saya beselancar menuju link tersebut, membaca profil dan biodata narasumber yang sangat hebat, masih muda namun banyak menghasilkan buku dan melakukan banyak kegiatan yang bermanfaat. Setelah itu Pak Cip, mempersilahkan narasumber untuk memaparkan tema belajar menulis malam ini.

Menurut ibu Ditta untuk menjadi seorang penulis handal, selain mengetahui teknik menulis penting bagi kita untuk memiliki mental yang kuat dan sehat. Jika kita melihat beberapa penulis tersohor baik di dalam maupun diluar negeri, ternyata banyak yang harus jatuh bangun ketika memulai karirnya sebagai seorang penulis. Namun karena mereka (salah satu faktornya) memiliki mental yang kuat, mereka bisa bangkit kembali dan akhirnya meraih kesuksesan. Jadi mental yang dimaksud narasumber adalah lebih kepada sebuah cara berpikir untuk dapat belajar dan merespon suatu hal. Sebagaimana yang dilakukan para penulis hebat dalam menghadapi setiap tantangan.  Berikut ini adalah garis besarnya:


Kemudian ibu Ditta membagikan link youtube dan beberapa link lainnya tentang Mental Seorang Penulis, dalam youtube tersebut dibuka dengan lagu Sheila on 7 yang berjudul “kisah klasik untuk masa depan”. Dalam youtube tersebut beliau menjelaskan bahwa kita harus bahagia untuk melakukan yang terbaik. Untuk menjadi seorang penulis diperlukan mental yang kuat, berikut ini adalah mental yang diperlukan penulis:

1. Siap konsisten

“Teruslah menulis setiap hari dan buktikan apa yang terjadi.” (Om Jay). Kutipan ini sebetulnya sudah cukup menjadi bekal untuk kita sebagai penulis pemula. Jika kita sudah berniat untuk meningkatkan skill menulis, maka kita harus ingat bahwa menulis adalah sebuah kata kerja. Artinya harus ada tindakan nyata. Saat ini banyak sekali platform untuk menulis yang bias kita manfaatkan. Contohnya sepeti yang beliau share. Tetapi mungkin masih ada yang menulis seperti Soe Hoek Gie, dari buku catatan kemudian lahir sebuah buku atau seperti RA Kartini dari surat-suratnya juga lahir sebuah buku. Semua orang mungkin bias menulis, tetapi untuk menjadi penulis handal dibutuhkan mental yang kuat agar bias konsisten menulis.  Salah satu tips agar bisa memiliki mental untuk konsisten adalah dengan mengenali diri sendiri. Sehingga tantangan apapun yang menghadang, kita akan mengetahui apa yang harus kita lakukan.

2. Siap dikritik. 

Saat kita memutuskan untuk memublikasikan hasil tulisan kita di blog/buku/media social/media massa dan sebagainya maka penting kita sadari bahwa tulisan kita telah menjadi “milik public”. Dengan demikian, kita harus menyiapkan mental untuk menerima masukan dari public. Tidak hanya bersiap untuk komentar baik, kita pun harus bersiap bila ternyata ada yang mengkritik dengan cukup tajam atas tulisan kita. Dengan adanya masukan/kritik dari berbagai pihak, kita bisa mengetahui kekurangan dalam tulisan. Bukan hanya dari kacamata sendiri, tapi juga dari kacamata pembaca. 

3. Siap belajar/berkembang.  

Jika sudah senang dan konsisten menulis, sudah bias menerima saran maupun kritik, maka sungguh kita memiliki mental untuk belajar bertumbuh. Ada 2 cara yang dapat ditempuh sebagai berikut:

a. Melakukan riset. Salah satu carauntuk meningkatkan kualitas tulisan adalah dengan melakukan riset. Bias berkunjung ke perpustakaan, berkunjung ke took buku untuk mengamati buku-buku best seller, melacak apa yang sedang menjadi trend di social media maupun dengan google traffic dan sebagainya.

b. Tambah bacaan. Saat ini dimana literasi sangat begitu digaungkan dimana-mana, maka kita harus menyiapkan mental untuk siap menjadi orang yang literat. Salah satunya dengan minat baca.  

4. Siap ditolak

Mental berikutnya yang perlu kita sadari adalah siap ditolak oleh media maupun penerbit, dan lain-lain. Saat naskah kita ditolak, coba lagi dan lagi atau cari alternative lain. Missal dengan menerbitkan sendiri atau dipublish di berbagai media social. JK Rowling pernah ditolak belasan penerbit, Dewi “Dee” Lestari sang penulis supernova pun pernah merasakan ditolak penerbit. Bahkan sekelas novelis horror Stephen King pun pernah ditolak penerbit. Bayangkan, jika mereka berhenti berjuang saat ditolak penerbit satu dua kali, mungkin saat ini kita tidak akan mengenal karya-karya hebat mereka.

5. Siap menjadi unik.

The last but not least. Mental yang perlu kita tanamkan untuk menjadi penulis adlah just yourself. Jadilah diri sendiri, jadilah unik. Gunakan ciri khas dan jati diri sendiri untuk menjadi penulis. Maksudnya dalam menulis tidak perlu terlalu ikut-ikutan seperti kebanyakan orang. Tulis saja apa yang paling kita sukai, yang paling sesuai dengan diri kita. Om Jay misalnya selalu unik dengan tulisan setiap harinya. Mr. Bams selalu unik dengan kalimat-kalimat positifnya, dan bu Kanjeng yang unik dengan gaya bahasanya yang begitu hidup. Coba lihat blog atau buku Raditya Dika, isinya pasti humor, jika membaca buku-buku Justin Gaarder (penulis Dunia Sophie) jangan heran jika terselip unsur filsafat. Karena basicnya beliau memang pernah menjadi guru filsafat sebelum menjadi penulis. Nah apa yang unik dalam diri kita? Mari kita tuangkan dalam bentuk tulisan. Jadilah penulis jujur yang apa adanya dan ada apanya, tidak dibuat-buat atau dipaksakan (apa adanya) namun tetap berbobot (ada apanya). Hal ini bisa kita tingkatka dengan terus berlatih menulis dan membaca. 

Inilah hasil pemaparan bu Ditta selama hampir 1 jam pelatihan belajar menulis pertemmuan ke-8, selanjutnya memasuki sesi tanya jawab. Ada 15 pertanyaan, sesi ini sangat seru karena pertanyaan-pertanyaan tersebut sungguh mewakili apa yang ingin saya ketahui. 

Demikian resume kegiatan belajar menulis pertemuan ke-8 semoga bermanfaat bagi saya, anda, dan semua yang membaca. Semoga kita bisa memiliki mental yang sangat kuat untuk menjadi seorang penulis yang unik.


Ketapang, 22 Januari 2021

Nurus Sholikhah, S. Pd 

 


9 komentar:

  1. Kerennn Bu......
    silahkan main bu ke saya ...trims


    https://suryanietin.blogspot.com/2021/01/mental-seorang-penulis.html

    BalasHapus
  2. Aamiin 🀲🏻 terima kasih sudah berkenan membuat resumenya πŸ˜ŠπŸ™πŸ»

    BalasHapus
  3. Mantaap ibu...terus menulis dan menginspirasi..

    BalasHapus
  4. Waah mantap, lengkap dan sempurna tulisannya bgitu juga format tulisannya indah sekali. Good job deh πŸ™πŸ‘

    BalasHapus
  5. Waowww...seger banget tulisannya. Super lengkap. Sukses teman

    BalasHapus
  6. ijo ijo, seger dilihatnya. tulisannya rapi, isinya mantap, enak dibacanya. semangat berkarya, semangat menginspirasi

    BalasHapus