Senin, 03 April 2023

Nekat

Di Ketapang banyak lahan yang masih belum diolah, banyak lahan kosong, ladang atau sawah banyak yang tidak ditanami. Bukan karena Petani malas bekerja di ladang. Bukan juga karena banyak yang sudah pindah ke kota mencari pekerjaan selain bertani.

Banyak Petani kecewa dengan hasil berladang, seluas-luas lahan membentang hasilnya tidak seberapa jika dibandingkan semua biaya untuk bertani. Terkadang lebih banyak merugi, hasil tidak sesuai harapan. Namun masih ada yang tetap semangat bercocok tanam. Bahkan sekarang sebagian persawahan ditanami kelapa sawit. Mungkin hasilnya lebih menjanjikan daeipa bertanam padi.

Ladang yang berada tepat di belakang rumah, hampir tidak pernah lagi ditanami selama beberapa tahun. Lahan itu biasanya ditanami padi, dan hanya ditanami sekali dalam setahun. Selama ibu tinggal disini, belum pernah melihat lahan itu ditanami jagung, kedelai, kacang tanah dan lain-lain. Mungkin hal itu dikarenakan struktur tanahnya yang tidak cocok untuk jwnis-jenis tanaman tersebut.

Siatem pengairan yang masih perlu dibenahi, setiap musim hujan lahan menjadi banjir. Pembuangan air yang berupa parit-parit kecil tidak mampu menampung debit air. Parit yang penuh dengan rumput membuat air tidak dapat mengalir dengan baik. Terkadang air asin masuk ke peladangan sehingga tanaman menjadi kurang subur. 

Tapi tahun ini kami nekat mencoba keberuntungan menanam padi. Dengan pengetahuan tentang bertani yang nihil, karena belum pernah sama sekali bercocok tanam. Kami mencoba hal baru, karena sayang melihat sawah atau ladang yang mubazir tidak dikelola sama sekali selama bertahun-tahun.

Mulai dari mengolah lahan sampai menanam kami mengupah orang lain. Ternyata biaya yang diperlukan lumayan, pantaslah banyak yang enggan menanam padi. Kami menggunakan sistem tabur dalam menanan padi. 

Selesai benih ditabur, hujanpun turun dengan lebatnya, sawah banjir. Tentu saja benih yang ditabur mengalir dan hilang entah kemana. Akhirnya kami menyerah, karena menurut tetangga sudah tidak bisa diapa-apakan lagi, tinggal menunngu air surut dan benih yang ditabur tumbuh.

Alhamdulillah, masih ada benih yang tumbuh, meskipun tidak sesuai harapan. Tapi semua wajib disyukuri, proses pembelajaran itu memang sulit, tidak ada yang mudah dalam proses ini. Ajaibnya padi-padi itu tumbuh dengan baik meskipun hanya tersisa sedikit yang hidup.

Pada bulan ramadhan ini, padi-padi mulai menguning, luar biasa senang hati ini meskipun cuma seuprit yang hidup. Para tetangga mengajak panen bersama-sama, sekalian merontok bersama. Karena kalau merontok sendirian, yang punya mesin perontok kadang menolak karena padi yang dirontok cuma sedikit.

Dari lepas shubuh para petani sudah mulai panen padi, sekitar pukul 10.00 wib sudah selesai. Syukur alhamdulillah pada bulan puasa ini selesai lebih awal. Tidak tega rasanya kalau sampai siang belum selesai, panasnya luar biasa. Khawatir dengan yang menjalankan puasa, karena memang matahari sedang terik-teriknya.

Selesai dipanen, padi dibiarkan di sawah, hanya ditutup terpal, kemudian besok baru dirontok. Pada semua proses itu, kami bahkan tidak sempat melihat ke ladang, semua diserahkan pada pekerja. Alhamdulillah setelah dirontok masih mendapatkan padi 3 karung. Setelah dijemur beberapa hari, tersisa menjadi 2 karung.

Rencananya padi ini akan kami giling, berasnya untuk membayar zakat fitrah. Padi baru, beras baru hasil kerja keras selama beberapa bulan, bermanfaat untuk mensucikan diri. Barakallah.

Apakah kami jera untuk berladang?tentu saja jawabannya tidak. Rejeki sudah diatur oleh Allah SWT, mungkin hari ini rejeki kami hanya 2 karung padi, semoga lusa Allah memberikan rejeki yang berlimpah dan barakah aamiin.

Tetap semangat untuk saudara-saudaraku yang juga mengalami hal yang sama dimanapun berada. InsyaAllah akan tidah lada waktunya. 

1 komentar: