Jumat, 24 Maret 2023

Duka Tidak Mengenal Ramadhan

Pagi ceria di 1 Ramadhan 1444 H, diawali dengan mengecek semua tanaman yang terguyur hujan tadi malam. Terlihat begitu segar, daun-daun basah, dan disebagian tanah masih ada tersisa genangan air hujan. 

Bapak sibuk dengan hewan-hewan ternaknya, terutama angsa yang sedang mengerami di tempat yang kurang tepat, angsa tua membuat sarang di luar rumah, tepatnya di pojokkan kolam di depan rumah. Tempat yang biasanya tergenang air setelah hujan karena dekat dengan pancuran air. 

Dan benar sekali, sarang itu tergenang air hujan. Tapi angsa tetap dengan setia mengerami telur-telurnya yang berjumlah enam butir. Dengan sigap Bapak berusaha memindahkan angsa tua beserta sarangnya ke tempat yang aman dari hujan dengan cara menggendong angsa tua itu beserta sarangnya, meskipun angsa tua itu mencoba berontak dan hampir kabur dari pelukannya.

Dengan kegigihannya akhirnya Bapak berhasil memindahkan angsa beserta sarang dan telur-telurnya ke dalam kandangnya. Namun angsa tua terlihat masih marah dengan suaranya yang begitu lantang "ngak....ngak....ngak...", angsa tua itu merajuk, dan tidak mau mengerami telur-telurnya, hanya berputar-putar dalam kandang sambil berteriak "ngak... ngak....ngak...." suara itu cukup membuat telinga gelisah, entah sampai kapan akan berhenti.

Meskipun ada kekhawatiran bahwa telur-telur itu tidak akan menetas, karena ada mitos bahwa kalau telur-telur yang sedang dierami dipindah, maka tidak akan menetas. Namun kita tetap berserah diri kepada Allah SWT yang mengendalikan segala kehidupan di bumi dan di langit. Kita tetap berusaha sesuai dengan kemampuan, dan berdoa semoga telur-telur itu bisa menetas dengan sempurna. Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, dan hasilnya kita serahkan pada Allah SWT.

Tidak lama kemudian, gawai berdering. Ternyata ada pesan whatsapp dari seseorang yang memberi tahu bahwa tetangga kami yang sudah lama sakit telah meninggal dunia. Innalillahi wainna ilaihi rojiun, semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberi keikhlasan. Meninggal di hari dan bulan yang baik, satu ramadhan.

Kami bergegas meninggalkan semua aktivitas di belakang rumah, setelah memberi makan semua hewan-hewan ternak. Bersiap mandi dan segera pergi takziah. Ditemani gerimis pagi ini, kami meluncur menggunakan motor kesayangan. Sesampainya di rumah duka, terlihat sudah ramai orang takziah. Keluarga yang berduka terlihat tegar dan sabar. Alhamdulillah banyak sekali yang mendoakan, selain dari masyarakat, juga ada dari para santri pondok pesantren yang memang tidak jauh dari rumah duka.

Di rumah duka ibu bertemu dengan teman kerja, yang ternyata merupakan keluarga dari almarhum, sungguh pertemuan yang tidak terduga. Setelah membaca yasin dan tahlil, jenazah segera akan dimandikan. Dan ibu berbincang dengan rekan kerja tentang tugas-tugas yang belum terselesaikan, dan saling bertukar pikiran bagaimana solusi terbaik untuk menyelesaikannya.

Dengan takziah, dapat mengingatkan kita bahwa hidup di dunia ini sangat singkat. Sewaktu-waktu kita bisa dipanggil, dan kita tidak bisa menolaknya. Oleh karena itu siapkan bekal kita, dengan berusaha beribadah dengan baik, sholat tepat waktu dan berbuat baik sesama manusia. Karena hidup di dunia ini hanya sesaat, maka manfaatkan untuk kebaikan meskipun tidak ada manusia yang luput dari salah dan dosa. Mohon ampun kepada Allah SWT atas segala kesalahan dan semoga kita meninggal kelak dengan husnul khotimah aamiin. 

Pulang dari takziah, bersiap untuk sholat dzuhur dan tentu saja kembali ke dapur untuk mempersiapkan menu berbuka puasa. Dan anak-anak bersiap mengaji yang dipindah jadwalnya menjadi lepas dzuhur, karena TPA libur selama bulan ramadhan dan lepas maghrib waktunya terlalu mepet. Sibuk berbuka puasa dan persiapan sholat taraweh. 

2 komentar: