Sore ini seperti biasanya berkeliling menikmati pemandangan yang hanya ada di bulan ramadhan. Anak-anak selalu ikut hanya sekedar menikmati pemandangan itu.
Lalu lalang orang dengan segala kepentingannya. Berderet warung di sepanjang jalan yang menjual makanan dan minuman. Berbagai jenis kue ditawarkan dengan berbagai harga, mulai yang murah hingga yang lumayan menguras isi dompet.
Lepas dzuhur warung-warung masih terlihat sepi, semakin sore semakin ramai, mendekati waktu berbuka malah ramai dengan pengunjung. Jalanan juga ramai dengan orang-orang yang sedang berbelanja. Tentu saja kendaraan yang diparkirpun memenuhi bahu jalan. Parkir terkesan sembarangan, karena memang tidak ada yang mengaturnya. Ditambah lagi banyak orang yang terburu-buru untuk belanja. Jadi memarkir kendaraanpun dimanapun yang penting bisa parkir.
Keramaian yang terjadi diluar tidak kalah dengan keramaian di dalam mobil. Angah membaca hampir semua tulisan yang dilihatnya. Mulai dari banner-banner iklan, nama toko, nama warung, tulisan di mobil orang, bahkan iklan caleg pun dibacanya.
Angah sedang proses belajar membaca, semua tulisan yang dilihatnya ada yang bisa dibaca secara langsung, ada yang masih harus dieja. Meskipun mengeja, hal itu tidak menyurutkan semangatmya untuk membaca apapun yang ditemuinya di jalan. Sesekali Angah salah mengeja, dan itulah yang menyebabkan keriuhan dalam mobil, ada Mas yang membantu Angah membetulkan ejaannya, sesekali kami tertawa karena lucu. Angahpun ikut tertawa, riang gembira bersama-sama belajar membaca dan mengeja.
Malam lima belas ramadhan, tidak terasa ramadhan ini sudah dilalui setengahnya. Padahal rasanya baru beberapa hari lalu mulai berpuasa. Taraweh malam ini seperti biasa, dihiasi oleh Ucu yang melobi kepada Bapak supaya tidak banyak-banyak rokaatnya, tapi usaha Ucu selalu gagal hehe.
Seperti biasa selesai taraweh, kita berdoa dan Mbah yang memimpin doanya. Kami semua menjawab doa-doa itu dengan 'aamiin' supaya semua doa-doa terbaik yang kami panjatkan diijabah oleh Allah SWT. Manusia hanya bisa berdoa dan berusaha, Allah yang menentukan segalanya.
Terdengar Angah dengan suara lantang mengucap "aamiin" berulang kali, begitu juga dengan Ucu. Namun tiba-tiba Angah mengucap "aamiin" dengan cara dieja "a - m - i - n", kami semua menoleh kearahnya kecuali Bapak sebagai imam. Terkejut mendengar Angah mengeja kata "aamiin", Mas dan Ucu tidak mampu menahan tawanya.
Ya Allah, Angah latah mengeja kata "aamiin". Angah tidak sengaja karena seringnya dia mengeja apapun yang dilihat dan didengarnya. Angahpun tanggap kalau salah dan melanjutkan memgucap "aamiin" tanpa dieja sampai doa selesai.
Alhamdulillah anak- anak tetap semangat menjalankan ibadah di bulan ramadhan ini.
Semoga terus seperti nya agah sudah terbiasa dan mandiri ,semoga berlanjut yah Bu
BalasHapus