Kamis, 09 Februari 2023

Kaidah Pantun

Pantun biasanya identik dengan suku bangsa Melayu. Di Tapanuli, pantun dikenal dengan istilah ende-ende (Suseno, 2006). Di Sunda, pantun dikenal dengan istilah paparikan (Suseno, 2006). Di Jawa, pantun dikenal dengan istilah parikan (Suseno, 2006).

Contoh :
Kabeh-kabeh Gelung konde,
Kang Endi kang Gelung Jawa,
Kabeh-kabeh ana kang duwe,
Kang Endi kang durung ana.
Artinya :
Semua bergelung konde,
Manakah si Gelung Jawa,
Semua sudah ada yang punya,
Siapakah yang belum punya.

Pantun diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak benda pada sesi ke 15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis (17/12/2020).

Pantun adalah tradisi asli Indonesia yang berupa seni verbal. Salah satunya Kentrung yang berada di Jawa Tengah dan Jawa Timur berupa seni pertunjukan pantun yang menceritakan kisah-kisah keagaamaan, kehidupan lokal dan sejarah diiringi gendrang sebagai musik pengiring.

Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional Indonesia membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "randai" dari Minangkabau wilayah Sumatra Barat, yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.

Dari berbagai macam pantun dari tiap daerah, terdapat beberapa definisi pantun sebagai berikut: Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata “Pan” yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata “Tun” yang merujuk pada sifat santun. Kata “Tun” dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019). Pantun berasal dari akar kata “TUN” yang bermakna “baris” atau “deret”. Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau diartikan sebagai “Panutun”, oleh masyarakat Riau disebut dengan “Tunjuk Ajar” yang berkaitan dengan etika (Mu’jizah, 2019).

Kegunaan pantun itu ternyata banyak sekali. Selain untuk komunikasi sehari-hari pada zaman dahulu. Pantun bisa juga digunakan untuk mengawali sambutan pidato. Bisa juga untuk lirik lagu, perkenalan, ataupun dakwah bisa juga disisipi pantun. Selain itu pantun juga melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar.

Ciri-ciri pantun sebagai berikut:
a. Satu bait pantun wajib terdiri atas empat baris.
b. Satu baris itu idealnya terdiri atas empat sampai lima kata.
c. Satu baris pantun terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata dan tidak melebihi dua belas suku kata.
d. Tiap baris terdiri dari Delapan sampai dua belas suku kata.
e. Baris pertama dan kedua disebut sampiran. Baris ketiga dan keempat disebut isi.
f. Pantun yang baik, memiliki sajak a-b-a-b. Apakah boleh pantun menggunakan sajak a-a-a-a?? Boleh saja, namun akan mengurangi keindahan pantun itu sendiri. Cara menentukan persajakan, bisa kita lihat rima (bunyi akhir) tiap baris.
g. Pantun yang terdiri dari dua baris disebut karmina atau pantun kilat. Contoh:
Sudah gaharu cendana pula
Sudah tahu bertanya pula

Perbedaan pantun, syair, gurindam, karmina sebagai berikut:

Perbendaharaan kata dalam pantun


Jika membuat pantun, susunlah baris ketiga dan keempat terlebih dahulu. Dalam menulis pantun, usahakan hindari penggunaan nama orang, dan nama merk dagang.
Demikian resume ini semoga bermanfaat dan selamat membaca.

2 komentar: