Rabu, 03 Maret 2021

Satu Minggu Menulis Sebuah Buku

 





Pelatihan belajar menulis malam ini, Senin 15 Februari 2021 dengan narasumber hebat Prof. Richardus Eko Indrajit atau yang lebih dikenal dengan sebutan Prof. Ekoji. Berikut ini link youtube Ujian Terbuka Universitas Jakarta : https://www.youtube.com/watch?v=Yx-r7KVeIJ8. Dan biodata beliau bisa dilihat dengan lengkap di https://id.wikipedia.org/wiki/Richardus_Eko_Indrajit

Moderator malam ini adalah bu Aam yang luar biasa, menyapa peserta dengan rammahnya, memperkenalkan narasumber dengan dibumbui cerita tentang keberhasilan bu Aam menerbitkan buku bersama Prof. Ekoji.

Dan berikut ini adalah pemaparan dari Prof. Ekoji, diawali dengan menyapa semua peserta dan ucapan terima kasih kepada Om Jay dan Bu Aam yang sudah mengundang beliau bertemu teman-teman yang hebat ini. Materi malam ini mengenai Kiat Menulis Buku dalam Seminggu. Membaca tema malam ini, serasa mustahil untuk melakukannya, mungkin karena saya belum pernah memcoba dan beranikah mencoba?.

Menurut Prof. Ekoji,  kita sebagai manusia senang bercerita dan mengobrol, bicara ke sana ke mari dengan siapa saja kita berjumpa. Seandainya ada waktu seminggu berliburan bersama suami/istri dan anak-anak, pasti dalam seminggu tersebut banyak sekali yang bisa diceritakan. Contohnya adalah beliau bersama anak bungsunya lama mengobrol masalah pengalaman belajar online dengan guru gurunya. Dari jam 8 pagi hingga 12 siang, mengikuti kelas anaknya dengan tiga orang gurunya. Setelahnya beliau melihat anaknya bersama ibunya tertawa-tawa sambil mengerjakan tugas untuk keesokan harinya. Karena iseng, beliau menuliskan pengalaman tersebut dalam sebuah catatan pribadi, ketika sedang asik-asik menulis, ternyata sudah jadi 10 halaman. Padahal yang  ditulis adalah menceritakan kembali apa yang  dialami dari pagi hingga petang hari. Prof. Ekoji bertanya bisakah kita membayangkan apabila kita lakukan setiap hari? berarti dalam sebulan bisa jadi 300 halaman ya?

Dari cerita tersebut, sebenarnya kesimpulannya sederhana, mengubah berkomunikasi via oral (mulut) ke dalam via tulisan adalah cara jika ingin menulis dan menerbitkan buku dalam satu minggu.

Kita semua mempunyai hobi, kegemaran, kesukaan, cerita, dan lain-lain. Pilihlah satu topik yang sangat anda SUKAI dan anda KUASAI karena pengalaman anda, namun jangan ceritakan ke orang lain via obrolan (mulut/verbal), tetapi lakukan dengan cara menuliskan apa yang ingin anda omongkan via tulisan. Intinya sederhana, kalau setiap hari kita biasa sholat lima waktu bagi yang muslim atau berdoa bagi yang lain, maka ditambahkan sekarang dengan cara menulis satu halaman per hari (seperti yang diajarkan Om Jay).

Kalau kita sudah terbiasa menulis dan mulai ketagihan, maka usahakan kita menaikkan porsinya lebih dari hari-hari sebelumnya jumlah halamannya. Prof. Ekoji biasanya setiap hari menulis 1-3 halaman, tapi pas hari Sabtu atau Minggu bisa berpuluh-puluh halaman dan isinya macam-macam, dari mulai cara mengajar, teknik main sulap kartu, update teknologi terbaru, dan lain sebagainya. Beliau mengatakan bahwa semua peserta belajar menulis adalah para blogger hebat, artinya semua sudah memiliki modal untuk menulis, jadi menulislah tanpa harus menunggu.

Hambatan menulis datang dari diri kita sendiri, yang pasti paling banyak mengatakan tidak ada waktu, padahal justru saat pandemi inilah waktu paling tepat untuk menulis karena semuanya WFH (Work From Home). Menulis juga bisa dipicu karena hal-hal lain. Misalnya kita orang tua yang sering sekali memberikan nasehat ke anak-anak remaja tapi mereka cuek atau tidak mendengarkan. Yang Prof. Ekoji lakukan adalah nasehat tersebut ditulis dalam bentuk "surat untuk anakku yang kubanggakan", diprint, dan ditaruh di meja anaknya. Alhasil, dia justru semakin cinta dengan ayahnya (padahal kalau dinasehati dia tidak mau). Istrinya juga sering diisengin. dibuatkan puisi, pantun, syair, dan gurindam, padahal susunan kata-katanya diambil dari rangkaian lagu-lagu yang diciptakan almarhum ayahnya A. Riyanto. Alhasil, hubungannya semakin romantis. Prof. Ekoji juga bersyukur kedua orang tua masih ada dan lengkap. Setiap mereka ulang tahun, beliau persembahkan berbagai karya tulisan yang mengingatkan pada indahnya masa-masa kecil dulu ketika kita semua masih bersama dalam satu atap rumah, ayah dan ibunya pasti tersenyum sambil menangis haru.

Intinya adalah bahwa menulis itu bukan saja bertujuan untuk publikasi. Bagi beliau menulis adalah untuk meningkatkan imunitas tubuh (supaya tidak mudah terjangkiti covid-19). Karena dengan menulis beliau dapat membuat orang lain bahagia, tersenyum, gembira, dan tertawa. Itulah hebatnya sebuah pena, keyboard, atau jempol di handphone.

Sebagai pribadi beliau berharap agar anak, cucu, cicit, dan cicit-cicitnya nanti bisa mengenal siapa kita sebagai mbah-mbah-mbah buyutnya. Karena apapun yang kita tulis akan terekam abadi di dunia maya. Itulah hal-hal yang membuat Prof. Ekoji senang menulis, termasuk menerima tawaran Om Jay yang mengharuskan beliau mengetik via WA ini dan sekaligus melatih kecepatan mengetik 10 jarinya. Jadi jangankan seminggu, satu hari saja jika kita memutuskan untuk menulis dari pagi sampai malam, pasti bisa menjadi buku. Kadang-kadang untuk memaksa, beliau suka mendisrupsi dirinya sendiri. Misalnya dengan membayangkan hal yang aneh-aneh. Dan kemudian menuliskan hal tersebut dan menjadikannya sebuah buku.

Prof. Ekoji memberikan letupan semangat baru, lebih baik menulis dan dapat menjadi kenangan seumur hidup daripada mengobrol yang belum tentu bermanafaat. Inilah resume yang dapat saya buat, semoga bermanfaat bagi yang membacanya.

 

Nurus Sholikhah, S. Pd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar