Setiap makan kami menggelar tikar di dapur, makan bersama melantai alias lesehan. Dengan cara ini tidak khawatir anak-anak berebut kursi dan menjatuhkan piring dan lain-lain, serta lebih terasa kekeluargaannya.
Mas bertugas menurunkan semua lauk pauk yang ada, Angah bertugas menyiapkan piring dan air cuci tangan dan Ucu bertugas mengambil piringnya sendiri serta menyiapkan air minum. Hal ini dimaksud mengajari anak-anak untuk bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan, meskipun tetap dibantu orangtua.
Sahur menu ala kadarnya siap disantap, sayur ketumbar kacang panjang, tahu goreng, telur dadar dan rendang jengkol. Ucu paling susah makan sahur, paling lama menghabiskan nasinya. Mungkin karena mengantuk, tapi tetap diselesaikannya sampai habis.
Selesai sahur, mulai berkemas menaruh barang-barang yang kotor ke tempat pencucian, dan kembali lagi anak-anak bekerja sama untuk melakukannya. Hal ini untuk mengajari mereka hidup mandiri, apabila jauh dari orang tua mereka tidak akan kaget, dan mengerti bagaimana cara mengemasi dan membersihkan setelah makan.
Sambil menunggu adzan shubuh, anak-anak bermain, bersenda gurau, sebentar tertawa, sebentar menangis. Kami membiarkan mereka menikmati masa kecilnya, supaya kelak menjadi sebuah cerita bagi mereka.
Tibalah sholat shubuh, hebohnya anak-anak berebut wudlu selalu membuat rumah riuh, dan Mbah selalu menjadi penengah, dengan sabar membimbing cucu-cucunya. Selesai sholat shubuh bapak dan ibu masuk kamar untuk mempersiapkan baju kerja dan lain-lain.
Membuka pintu kamar, niatnya ingin ke dapur dan terlihat pemandangan yang luar biasa. Angah sudah siap sekolah, memakai baju seragam lengkap padahal masih pukul 05.00 wib. Ibu berkata bahwa sekarang masih gelap, tapi Angah menjawab dengan santai, bahwa dia ingin siap-siap supaya tidak terlambat. Sedangkan Ucu juga tidak kalah dengan Angah, sudah lengkap berseragam, dan minta disisir rambutnya, minta rambutnya diikat dua, sambil memperagakan dengan tangannya berupa tanduk dikepala.
Mereka sangat bersemangat untuk bersekolah, bahkan sudah ibu suruh baring-baring dulu sambil nunggu langit agak terang, tapi mereka tidak mau. Angah mengatakan kalau biasanya sudah waktunya berangkat sekolah, tapi hari ini masih gelap. Angah mungkin lupa kalau bulan puasa kita bangun dari waktu sahur. Sambil menunggu pukul 07.00 wib, ibu berkemas dan bersiap-siap berangkat sekolah, untuk menghargai mereka berdua yang sudah bersiap dari pukul 05.00 wib.
Sebentar-sebentar mereka berdua masuk kamar dan mengajak berangkat sekolah, padahal suasana hujan dan memang belum waktunya berangkat, akhirnya ibu mengalah membiarkan Angah berangkat sekolah pukul 06.00 wib, padahal masuk sekolah pukul 07.30 wib. Sedangkan Ucu merengek mengajak berangkat tapi tiba-tiba ibu sakit perut dan harus bolak balik ke WC, akhirnya Ucu berangkat dengan ibu diantar bapak, karena masih hujan. Padahal diantar bapak, tapi Ucu masih teguh pendirian tetap memakai jas hujan.
Selama perjalanan, ada sedikit hambatan, ada seseorang parkir sepeda motor hampir di tengah jalan, sedangkan jalan itu hanya pas untuk satu mobil, entah kemana pemiliknya. Dengan susah payah kami melewatinya, eh tepat di jalan besar ada sapi berdiri tepat di tengah jalan, jalanan jadi sedikit macet, karena nunggu sapi itu bergerak minggir.
Dan setelah berbagai perjuangan, akhirnya sampai di sekolah dengan aman, Ucu melanjutkan perjalanan menuju TK yang letaknya memang berlawanan arah dengan tempat tugas ibu. Selamat belajar anak-anak, semoga aktivitas hari ini berjalan dengan lancar dan penuh berkah. Aamiin.
Terima kasih infonya Bu Nur
BalasHapusSama-sama pak... terima kasih
HapusSemangaat bun..
BalasHapusTerima kasih bu....
Hapussemangat2
BalasHapusSemangat pak....
HapusKeŕeen...memgenang masa kecil....
BalasHapusIy bu 🙏🙏
HapusMasa kecil yang penuh warna dan kebersamaan
BalasHapusTerima kasih 🥰
Hapustulisan yang bermanfaat
BalasHapusTerima kasih 🥰
Hapus