Beda bukan karena lezat tidaknya, bukan karena enak tidaknya tetapi beda dalam jenis masakannya, antara masakan dari Ketapang Kalimantan Barat dan Sumenep Jawa Timur. Banyak bumbu yang berbeda dan cara pembuatannya juga berbeda. Bahkan banyak makanan yang ada di Ketapang tetapi tidak dijumpai di Jawa.
Ibu dulu juga mengalami hal seperti ini, ketika awal-awal pindah ke Ketapang Kalimantan Barat, syukurnya ibu dan Mas sama-sama tidak memilih dalam makanan, menu apapun yang ada tetap dilahap dengan sempurna. Ibu memang mengajarkan anak-anak untuk tidak memilih makanan, setiap makanan yang sudah dimasak harus dinikmati dengan ucapan syukur. Menghargai kerja keras dalam memasak makanan tersebut.
Seperti dugaan kami, sambil menempel-nempel mendekati ibu, Mas minta dimasakkan sambal ikan gabus bakar. Sambal ikan gabus yang enak dan khas rasanya, biasanya dimasak oleh almarhumah Embuk, nenek yang sudah beberapa tahun lalu meninggal dunia. Alfatihah...
Almarhumah memasaknya menggunakan minyak kelapa asli, yang dibuat sendiri menggunakan kelapa hasil kebun sendiri, sehingga rasa dan wanginya khas.
Mendengar permintaan dari Mas, akhirnya Bapak pergi untuk mancing dan casting ikan gabus di sungai-sungai kecil di belakang rumah. Alhamdulillah mendapatkan lima ekor ikan gabus yang lumayan ukurannya. Kemudian ikan gabus itu disiang dan dibersihkan, namun apa yang terjadi diluar dugaan, stok bawang merah dan cabai habis.
Rencananya sambal ikan gabus bakar ini dimasak untuk menu buka puasa, namun beberapa bumbu dapur habis maka ditunda. Waktu sudah mendekati buka puasa, jadi ikan gabus ditinggalkan terlebih dahulu, rencananya lepas sholat taraweh nanti, baru pergi belanja. Dan kami sekeluarga berbuka puasa dengan takjil lepat ubi dan gorengan.
Usai sholat taraweh kami buru-buru pergi untuk berbelanja, jaraknya lumayan jauh dari rumah, dan suasana masih gerimis. Setelah mendapatkan bumbu-bumbu yang diperlukan, sambal siap dieksekusi. Mas dan Angah mengupas bawang merah dan bawang putih, Bapak membakar ikan gabus menggunakan tempurung kelapa.
Kemudian Bapak siap untuk menguleg bumbu menggunakan cobek yang dibawa dari Jombang. Bumbu-bumbunya terdiri dari bawang merah, bawang putih, cabai, gula dan garam. Bumbu sudah lumat dan lembut, selanjutnya masukkan ikan gabus yang sudah dibakar tadi dan uleg bersama bumbunya, jangan sampai terlalu hancur daging ikannya, cukup diuleg kasar.
Siapkan penggorengan, karena tidak punya minyak kelapa, Bapak memasak cukup menggunakan minyak sawit yang biasa dijual diwarung-warung. Dan ikan yang sudah diuleg dengan bumbunya siap untuk digoreng. Dirasa sudah cukup layu sambalnya, maka sambal ikan gabus bakar siap disantap.
Tidak menunggu lama, Mas langsung menyendok nasi dan sambalnya, senang sekali melihatnya makan dengan lahap, sampai nambah. Tidak sia-sia jerih payah kita bersusah payah membuatkan sambal, akhirnya dapat dinikmati dengan suka cita.
Pikir kami, sambal itu untuk makan sahur, karena sudah pukul 22. 00 lebih. Tapi Mas tetep makan, karena mungkin sudah kangen dengan sambal ini, dulu Mas suka membuat bola-bola nasi yang dicampur dengan sambal ini.
Menu sederhana yang banyak mengandung gizi, hanya membeli bumbu-bumbu, ikannya cukup mancing di sungai kecil belakang rumah, tepatnya di area persawahan yang tepat berada di belakang rumah.
Kebanyakan para tetangga juga mancing ikan untuk memenuhi kebutuhan lauk pauknya., tidak perlu membeli dan hemat. Alhamdulillah disini masih banyak ikan di sungai-sungai sehingga dapat memenuhi kebutuhan protein dalam setiap menu makan dengan mudah dan irit hehe.
Pernahkan ada yang masak sambal ikan gabus bakar? Kalau belum pernah, silahkan dicoba, rasanya maknyus...
wah enaknya
BalasHapusAyo pak coba masak ini....
Hapus