Pelatihan belajar menulis malam ini, Senin 15 Februari 2021 dengan narasumber hebat Prof. Richardus Eko Indrajit atau yang lebih dikenal dengan sebutan Prof. Ekoji. Berikut ini link youtube Ujian Terbuka Universitas Jakarta : https://www.youtube.com/watch?v=Yx-r7KVeIJ8. Dan biodata beliau bisa dilihat dengan lengkap di https://id.wikipedia.org/wiki/Richardus_Eko_Indrajit
Moderator malam ini adalah bu Aam yang luar biasa,
menyapa peserta dengan rammahnya, mempe
Dan berikut ini adalah pemaparan dari Prof. Ekoji,
diawali dengan menyapa semua peserta dan ucapan terima kasih kepada Om Jay
dan Bu Aam yang sudah mengundang beliau bertemu teman-teman yang hebat ini. Materi malam ini
mengenai “Kiat
Menulis Buku dalam Seminggu”. Membaca
tema malam ini, serasa mustahil untuk melakukannya, mungkin karena saya belum
pernah memcoba dan beranikah mencoba?.
Menurut Prof. Ekoji, kita sebagai manusia senang bercerita dan mengobrol, bicara ke sana
ke mari dengan siapa saja kita berjumpa. Seandainya ada waktu
seminggu berliburan bersama suami/istri dan anak-anak, pasti dalam seminggu
tersebut banyak sekali yang bisa diceritakan. Contohnya adalah beliau
bersama anak bungsunya lama mengobrol
masalah pengalaman belajar online dengan guru gurunya. Dari jam 8 pagi hingga
12 siang, mengikuti kelas anaknya dengan tiga orang gurunya. Setelahnya beliau melihat
anaknya bersama ibunya tertawa-tawa sambil mengerjakan tugas untuk keesokan
harinya. Karena
iseng, beliau menuliskan pengalaman tersebut dalam sebuah catatan pribadi, ketika
sedang asik-asik menulis, ternyata sudah jadi 10 halaman. Padahal yang ditulis
adalah menceritakan kembali apa yang dialami dari pagi hingga
petang hari. Prof.
Ekoji bertanya bisakah kita
membayangkan apabila kita lakukan setiap hari? berarti
dalam sebulan bisa jadi 300 halaman ya?
Dari
cerita tersebut, sebenarnya kesimpulannya sederhana,
mengubah berkomunikasi via oral (mulut)
ke dalam via tulisan adalah cara jika ingin menulis dan menerbitkan buku dalam
satu minggu.
Kita
semua mempunyai hobi, kegemaran, kesukaan,
cerita, dan lain-lain. Pilihlah satu topik yang sangat anda SUKAI dan anda
KUASAI karena pengalaman anda, namun jangan ceritakan ke orang lain via obrolan
(mulut/verbal), tetapi lakukan dengan cara menuliskan apa yang ingin anda
omongkan via tulisan. Intinya
sederhana, kalau setiap hari kita biasa sholat lima waktu bagi yang muslim atau
berdoa bagi yang lain, maka ditambahkan sekarang dengan cara menulis satu
halaman per hari (seperti yang diajarkan Om Jay).
Kalau kita sudah terbiasa menulis dan mulai ketagihan,
maka usahakan kita menaikkan porsinya lebih dari hari-hari sebelumnya jumlah
halamannya. Prof. Ekoji biasanya setiap hari menulis
1-3 halaman, tapi pas hari Sabtu atau Minggu bisa berpuluh-puluh halaman dan
isinya macam-macam, dari mulai cara mengajar, teknik main sulap kartu, update
teknologi terbaru, dan lain sebagainya. Beliau mengatakan bahwa semua peserta belajar menulis adalah para
blogger hebat, artinya semua sudah memiliki modal untuk menulis, jadi
menulislah tanpa harus menunggu.
Hambatan
menulis datang dari diri kita sendiri, yang pasti paling banyak mengatakan
tidak ada waktu, padahal justru saat pandemi inilah waktu paling tepat untuk
menulis karena semuanya WFH
(Work From Home). Menulis
juga bisa dipicu karena hal-hal lain. Misalnya kita orang tua yang sering
sekali memberikan nasehat ke anak-anak remaja tapi mereka cuek atau tidak
mendengarkan. Yang Prof. Ekoji lakukan adalah nasehat tersebut ditulis dalam
bentuk "surat untuk anakku yang kubanggakan", diprint, dan ditaruh di
meja anaknya. Alhasil, dia justru semakin cinta dengan ayahnya (padahal kalau
dinasehati dia tidak mau).
Istrinya
juga sering diisengin. dibuatkan puisi, pantun, syair, dan gurindam, padahal
susunan kata-katanya diambil dari rangkaian lagu-lagu yang diciptakan almarhum
ayahnya A. Riyanto. Alhasil, hubungannya semakin romantis. Prof. Ekoji juga
bersyukur kedua orang tua masih ada dan lengkap. Setiap mereka ulang tahun,
beliau persembahkan berbagai karya tulisan yang mengingatkan pada indahnya
masa-masa kecil dulu ketika kita semua masih bersama dalam satu atap rumah, ayah
dan ibunya pasti tersenyum sambil menangis haru.
Intinya
adalah bahwa menulis itu bukan saja bertujuan untuk publikasi. Bagi beliau
menulis adalah untuk meningkatkan imunitas tubuh (supaya tidak mudah
terjangkiti covid-19).
Karena dengan menulis beliau dapat membuat orang lain bahagia, tersenyum,
gembira, dan
tertawa.
Itulah hebatnya sebuah pena,
keyboard, atau
jempol di handphone.
Sebagai
pribadi beliau berharap agar anak, cucu, cicit, dan cicit-cicitnya nanti bisa
mengenal siapa kita sebagai mbah-mbah-mbah buyutnya. Karena apapun yang kita
tulis akan terekam abadi di dunia maya. Itulah hal-hal yang
membuat Prof. Ekoji senang menulis, termasuk menerima tawaran Om Jay yang
mengharuskan beliau mengetik via WA ini dan sekaligus melatih kecepatan
mengetik 10 jarinya. Jadi
jangankan seminggu, satu hari saja jika kita memutuskan untuk menulis dari pagi
sampai malam, pasti bisa menjadi buku. Kadang-kadang untuk memaksa, beliau suka
mendisrupsi dirinya sendiri. Misalnya dengan membayangkan hal yang aneh-aneh. Dan
kemudian menuliskan hal tersebut dan menjadikannya sebuah buku.
Prof. Ekoji memberikan letupan semangat baru, lebih
baik menulis dan dapat menjadi kenangan seumur hidup daripada mengobrol yang
belum tentu bermanafaat. Inilah resume yang dapat saya buat, semoga bermanfaat
bagi yang membacanya.
Nurus Sholikhah, S. Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar